Minggu, 23 Maret 2008

Ahmadiyah Manislor




Potret Minoritas Ahmadiyah Manislor...

Kamis (13/12) menjelang tutup tahun, menjadi hari kelabu bagi upaya penegakan HAM, terutama terkait kebebasan untuk beribadah dan berkeyakinan.

Jerit tangis ratusan ibu-ibu berjilbab, disertai doa khusyuknya, tak kuasa membendung langkah Satpol PP Kuningan untuk menyegel Masjid-Masjid Ahmadiyah di Desa Manislor.

Kenekadan aparat negara, dalam hal ini Pemkab Kuningan untuk menyegel Masjid-Masjid tak bisa dipahami oleh akal ibu-ibu itu dan ratusan Jamaat Ahmadiyah disana. Mereka masih tetap merasa sebagai bagian dari anak ibu pertiwi. Dalam benak mereka, ada keyakinan bahwa negara akan melindungi hak-hak sipil mereka. Namun tak habis pikir, hak mereka untuk berkeyakinan dan beribadah justru diinjak-injak, bahkan dirampas oleh negara itu sendiri. Apalagi alasan yang dipakai Pemkab Kuningan hanya didasarkan pada sebuah SKB antara Muspida, Pimpinan DPRD, MUI dan Ormas Kabupaten Kuningan.

Keberadaan SKB pelarangan Ahmadiyah di Kuningan, menurut para ahli hukum, tidak mempunyai kekuatan hukum sama sekali. Tapi kenapa Pemkab Kuningan berani mengambil tindakan? Berpijak pada SKB itu, mereka lantas mengemukakan alasan keamanan. Atas nama keamanan inilah mereka membatasi kebebasan warganya untuk beribadah dan berkeyakinan.

Logika apa yang mereka pakai? Menurut mereka, situasi akan aman dan terkendali jika ada pembatasan terhadap aktivitas keagamaan Jamaat Ahmadiyah di sana. Pertanyaan yang kemudian mengemuka, ketidakamanan apa sesungguhnya yang terjadi ketika Jamaat Ahmadiyah Manislor menikmati hak-hak sipil mereka dalam beribadah dan berkeyakinan?

Kehadiran Ahmadiyah di Manislor telah ada sejak 1954. Selama rentang waktu lebih dari setengah abad itu, mereka hidup normal dan proses sosial berjalan baik. Adanya fakta ini, mestinya aparat bisa melihat bahwa eksistensi Ahmadiyah Manislor bukanlah faktor penyebab ketidakamanan. Mereka tidak pernah membuat huru-hara dan selalu taat pada pemerintah. Tapi kenapa Pemkab Kuningan gegabah dengan menerbitkan SKB dan dilanjutkan menyegel Masjid Jamaat Ahmadiyah? Pemkab Kuningan mestinya jujur menjawab ini.

Fakta menunjukkan, tiga minggu sebelum penyegelan terjadi, Jamaat Ahmadiyah Manislor mendapat surat bernada teror dan ancaman dari mereka yang mengaku sebagai komponen masyarakat Kuningan. Mereka mengancam akan melakukan tindak kekerasan jika para Ahmadi tidak menanggalkan pengakuannya sebagai Muslim. Bahkan mereka menghalalkan darah warga Ahmadiyah. Spanduk bernada provokasi pun dipasang di gerbang Desa Manislor.

Jamaat Ahmadiyah Manislor tidak melakukan upaya perlawanan. Mereka hanya bisa meminta perlindungan pada aparat kepolisian, karena serangkaian teror itu menyebabkan kehidupan sosial mereka terganggu. Tidak ada lagi rasa aman. Kegelisahan dan ketakutan pada ancaman itu terus membayangi mereka. Merespon ketakutan warganya ini, aparat pemerintah justeru melakukan tindakan di luar nalar sehat. Untuk kedua kalinya, dalam 5 tahun terakhir, aparat menyegel dan menutup Masjid-Masjid Ahmadiyah

Fakta ini adalah potret kelabu kebebasan beragama di Indonesia. Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 dengan jelas menyebutkan, "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayannya itu." Tapi ternyata, pemerintah sendiri justru melanggar isi UUD 1945 yang seharusnya menjadi pedoman negeri ini.

Dengan demikian, Jamaat Ahmadiyah Manislor telah diberlakukan tidak adil dan diskriminatif. Padahal Bab X Pasal 28 ayat 2 UUD 1945 menyebutkan, "Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif". Pedoman inipun tak dijalankan.

Sebagai bukti misalnya, Jamaat Ahmadiyah Manislor yang ingin menikah di desanya harus menyimpan mimpi itu dalam-dalam karena pegawai pencacat nikah di sana tidak mau menikahkan mereka, selama calon mempelai tidak meninggalkan kepercayaan dan keyakinannya sebagai Ahmadi. Selama lima tahun terakhir, tercatat 140 pasang mempelai terpaksa menikah di luar Manislor, demi mempertahankan akidah yang diyakininya. Belum lagi mereka yang berkeinginan berhaji ke Makkah, terpaksa harus berangkat dari luar Kuningan. Semua itu menunjukkan bahwa aparat telah menyalah-gunakan jabatan dan wewenangnya dengan melakukan diskriminasi bagi pelayanan publik terhadap Jamaat Ahmadiyah Manislor.

Mendapati diskriminatif itu, Jamaat Ahmadiyah Manislor hanya pasrah. Belum lagi kekerasan dan teror yang mereka alami pada 2002 dan 2005 belum hilang dalam ingatan mereka. Bahkan sebagian dari mereka mengalami trauma hebat. Tahun 2005 misalnya, saat warga Ahmadi menjalankan shalat Shubuh, tiba-tiba tempat shalat Jamaat wanita dilempar bola api. Kontan mereka panik. Bahkan banyak rumah Ahmadi yang rusak berat akibat dihancurkan kelompok penentang.

Tak hanya wanitanya, anak-anak pun menjadi korban. Penutupan dan penyegalan pada pertengahan Desember 2007 lalu, mengakibatkan anak-anak tidak bisa mengikuti kegiatan Madrasah yang biasa dilaksanakan di Masjid. Akhirnya, hak mereka untuk mendapatkan pendidikan, dengan sendirinya telah direnggut pemerintah.

Pertanyaannya, ketika aparat tidak lagi mampu melindungi, bahkan justru turut merampas hak-hak asasi Jamaat Ahmadiyah Manislor, ke mana lagi dan kepada siapa mereka akan mendapatkan keadilan? Adakah tempat lain di bumi pertiwi tercinta ini, yang mampu memberi rasa aman dan menjamin kebebasan beragama, tanpa harus takut ancaman dari kelompok lain yang terus memaksa mereka melepas keyakinannya selama ini?

Read More......

Ahmadiyah Manislor




Kamis (13/12) menjelang tutup tahun, menjadi hari kelabu bagi upaya penegakan HAM, terutama terkait kebebasan untuk beribadah dan berkeyakinan.

Jerit tangis ratusan ibu-ibu berjilbab, disertai doa khusyuknya, tak kuasa membendung langkah Satpol PP Kuningan untuk menyegel Masjid-Masjid Ahmadiyah di Desa Manislor.

Kenekadan aparat negara, dalam hal ini Pemkab Kuningan untuk menyegel Masjid-Masjid tak bisa dipahami oleh akal ibu-ibu itu dan ratusan Jamaat Ahmadiyah disana. Mereka masih tetap merasa sebagai bagian dari anak ibu pertiwi. Dalam benak mereka, ada keyakinan bahwa negara akan melindungi hak-hak sipil mereka. Namun tak habis pikir, hak mereka untuk berkeyakinan dan beribadah justru diinjak-injak, bahkan dirampas oleh negara itu sendiri. Apalagi alasan yang dipakai Pemkab Kuningan hanya didasarkan pada sebuah SKB antara Muspida, Pimpinan DPRD, MUI dan Ormas Kabupaten Kuningan.

Keberadaan SKB pelarangan Ahmadiyah di Kuningan, menurut para ahli

Read More......

Senin, 17 Maret 2008

Benarkah natal tanggal 25 Desember ?

Nabi Isa as, atau kalau dalam pemahamaan kaum Kristen lebih sering di sebut Yesus, menurut pemahaman saya, yang saya ketahui dari sumber-sumber sejarah termasuk dari Al-Quran maupun dari Injil yang merupakan bagian dari Alkitab menggambarkan bahwa Beliau merupakan salah satu atau barangkali satu-satunya Nabi yang dalam perjalanan hidupnya banyak menuai kontroversi.



Ya,.. khususnya 3 agama besar atau kalau beberapa agamawan menyebutnya agama samawi Ibrahimik yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Perdebatan itu tergambar dari sejak Yesus berada didalam kandungan Siti Maryam (Bunda Maryam), saat kelahiran Yesus, masa kenabian Beliau hingga seputar persoalan kewafatan Beliau. Ketika Yesus memproklamirkan diri menjadi nabi Allah, hampir seluruh kaum Yahudi menolaknya, sehingga mereka mengingkarinya dengan menyatakan bahwa Yesus nabi palsu.


Dalam pemahaman kaum Yahudi yang bersumber dari kitab Perjanjian Lama menyebutkan “Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati”(Ulangan 18:20).
Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika kemudian kaum Yahudi dengan berbagai cara berusaha untuk menangkap dan membunuh Yesus, dimana yang salah satu usaha tersebut adalah dengan menyalibkan Yesus. Apalagi ketika kemudian Yesus diyakini wafat oleh kaum Kristen, pada saat Yesus disalib. Maka bertambah yakinlah kaum Yahudi bahwa Yesus benar-benar nabi palsu karena Perjanjian Lama menyebutkan “…sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu."(Ulangan 21:23). Menghadapi persoalan tersebut umat Kristen malah sebaliknya menyakini bahwa dengan kewafatan Yesus diatas salib membuktikan bahwa pengorbana yang dilakukan Yesus merupakan pengorbana yang suci yang tidak dapat atau sulit dilakukan oleh siapapun. Hal tersebut membuktikan bahwa Yesus benar-benar “anak Allah” dan “allah”. Setidaknya Paulus telah menulis dalam kitab Perjanjian Baru “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!(Galatia 3:13).
Mengomentari persoalan tersebut, umat Islam pada umumnya, berasumsi yang berbeda, bahwa Yesus atau Nabi Isa as tidak disalib apalagi sampai wafat pada waktu penyaliban, mereka meyakini nabi Isa as naik kelangit, meskipun pemahaman ini yang menurut saya belum seluruhnya benar. Saya seorang Ahmadi (pengikut Islam Ahmadiyah) memiliki sedikit penafsiran yang berbeda tentang hal tersebut. Dari beberapa sumber pokok agama, saya meyakini kalau nabi Isa as atau Yesus tidak wafat saat penyaliban dan Beliau juga tidak naik keatas langit. yang IsnyaaAllah akan saya sampaikan pada tulisan-tulisan saya berikutnya.
Dan adapun satu renungan yang ingin saya bagikan kepada pembaca pada tulisan saya kali ini adalah seputar masalah BENARKAH YESUS LAHIR PADA TANGGAL 25 DESEMBER? .Pada saat ujung-ujung jari saya menari diatas setiap huruf demi huruf mengikuti irama yang ada dalam alam berpikir saya, saya sadar bahwa pemahaman ini akan sedikit kontradiktif , bertabrakan atau sedikitnya menyinggung pemahaman orang pada umumnya khususnya saudara (i) dari Kristen. Namun saya yakin kok, kalau saudara saudara pembaca semua maklum nuansa diskusi, toh saya juga tidak “ngawur” dalam tulisan ini yang lebih mengedepankan ego pribadi sehingga hasilnya bermuatan subyektif. Ya tentunya saya akan berusaha selalu menampilkan dalil-dalil yang jelas baik dari AlQuran serta AlKitab. (kitab umat Kristen sendiri).Adapun fase masa kelahiran nabi Isa as atau Yesus secara singkat adalah:
I. Nabi Isa as atau Yesus lahir dari seorang dara yang bernama Siti Maryam atau Bunda Maria dari keluarga Imran. Adapun nama Imran merujuk kepada 2 pribadi
a. Amran atau Imran, yang merupakan ayah dari nabi Musa dan Harun leluhur Siti Maryam (Keluaran 6:18-20).atau juga
b. Imran, ayah dari Siti Maryam atau kakek dari Nabi Isa as/Yesus (AlQuran Surah Ali-Imran Ayat 35-37).
II. Siti Maryam atau Bunda Maria merupakan seorang yang sangat shaleha dan yang termasuk orang-orang yang menjaga kesucian. Hal ini didukung dari latar belakang keluarga Beliau yang selalu taat dalam beribadah kepada Allah, bahkan keluarga Siti Maryam termasuk dalam kelompok essenes (salah satu golongan dalam kaum Yahudi yang pengikutnya lebih menyibukan diri dalam beribadah kepada Allah ketimbang kelompok lainnya seperti Farisi dan Saduki yang kerap mencampurkan kepentingan agama dan politik) . Bahkan kesucian Siti Maryam pada saat itu membuat para orang tua mendambakan memiliki putra maupun putri seperti halnya Siti Maryam, termasuk Nabi Zakaria as yang selalu berdoa meskipun usia beliau sudah cukup tua sehingga tidak memungkinkan lagi untuk memiliki keturunan. Yang kemudian doa tersebut terkabul dengan diberikannya nabi Zakaria as seorang putra yang shaleh juga, yaitu nabi Yahya as atau Yohanes Pembabtis.
III. Ketika Siti Maryam dewasa, maka Allah memilih Maryam untuk menjadi ibu dari seorang Nabi yaitu nabi Isa as. Seperti tergambar dari ayat AlQuran (QS Ali Imran:45)
Atau juga diriwayatkan didalam Alkitab “…Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus”(Lukas 1:26-31).
IV. Ketika Siti Maryam Mengandung, masyarakat yang mengetahui hal tersebut banyak yang memandang miring terhadap status kehamilan Siti Maryam. Wajar saja karena Siti Maryam tengah mengandung sedangkan beliau belum memiliki suami. Layaknya penomena masa-masa belakangan ini, berita kehamilan beliau menjadi begitu menggemparkan sehingga melahirkan stigma negatif tentang Beliau. Hal tersebut juga yang melatarbelakangi mengapa kaum Yahudi sulit untuk menerima dan mengakui Nabi Isa as sebagai Nabi.
V. Maka Nabi Zakaria as selaku ketua dari kelompok Imam pada saat itu mencoba memberikan jalan keluar guna meluruskan stigma masyarakat yaitu dengan menikahkan Siti Maryam dengan Yusuf. Peristiwa perkawinan tersebut sebenarnya menggambarkan bahwa Siti Maryam telah mengandung Yesus terlebih dahulu sebelum menikah dengan Yusuf (Matius 1:18), sehingga memunculkan satu pertanyaan lagi bagi saya, dimana dalam Kitab Matius 1:1 yang menyebutkan bahwa Yesus adalah keturunan Daud as. “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham (Matius 1:1)” sedangkan didalam Matius 1:2-16 dijelaskan tentang silsilah anak keturunan Daud yang berujung kepada Yusuf, dan Yusuf kita ketahui menikahi Maryam ketika Maryam telah mengandung. Jelas sekali bahwa Yesus bukan anak Yusuf seperti yang disebutkan Matius 1:1.
VI. Sejarah juga mencatat bahwa ketika Siti Maryam tengah mengandung, Yusuf dan Siti Maryam mengadakan perjalanan jauh dari Nazaret menuju Betlehem dimana pada saat itu kaisar Agustus mengeluarkan perintah agar mengadakan cacah jiwa (sensus)(Lukas 2:1-6). AlQuran mencatat didalam Surah Maryam ayat 22 :
“Maka Maryam mengandungnya lalu ia menyisihkan diri dengan kandunganya itu ketempat yang jauh”

VII. Pada saat di Betlehem, karena begitu banyaknya masyarakat yang hadir mengakibatkan Yusuf dan Siti Maryam tidak mendapatkan tempat untuk bermalam sehingga mereka memilih tempat lain (Lukas 2:6-7). Padahal pada saat itu Siti Maryam memasuki masa bersalin
VIII. Ada beberapa hal penting yang perlu di perhatikan pada masa menjelang kelahiran Nabi Isa as atau Yesus
 AlQuran mencatat bahwa menjelang masa bersalin tersebut, dikarenakan letih serta menahan rasa sakit Siti Maryam beristirahat dibawah pohon kurma yang buahnya tengah masak (matang). AlQuran surah Maryam ayat 25 : “Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu kearahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu”

 Alkitab juga melukiskan gambaran suasana pada saat Yesus dilahirkan sebagai berikut :
 Lukas 2:8 :”Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam”.
 Matius 2:1-2:” Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
 2:2 dan bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia."
IX. Berdasarkan point VIII diatas sedikit memberikan gambaran bagi kita bahwa Yesus tidak terlahir pada saat musim dingin dan juga bukan bulan Desember. Karena :
 AlQuran menyebutkan pada saat menjelang kelahiran Yesus, pada saat itu Siti Maryam beritirahat dibawah sebatang pohon kurma yang tengah matang (masak), tentunya kita memahami bahwa sangatlah jarang atau bahkan diluar kebiasaan apa bila kurma-kurma yang ada di pohon telah atau matang di musim dingin. Bagi saya, secara sederhana dengan menimbang dari suasana iklim pada saat itu, tentunya saya akan lebih meyakini kalau “musim” kurma matang (atau kalau di kita sebut saja contohnya musim rambutan) itu lebih pantas atau mudah diterima akal kalau terjadi di musim panas.
 Alkitab juga mencatat bahwa pada saat Yesus dilahirkan, suasana disekitarnya digambarkan dengan adanya para penggembala yang menggembalakan ternaknya diluar kandang pada malam hari. Dari cerita yang di lukiskan oleh Alkitab, maka akan terbentuk sebuah gambaran dalam benak kita bahwa pada saat itu pastilah suhu udara sedang hangat atau minimal tidak terlalu dingin atau artinya tidak terjadi pada musim dingin. Karena hanya penggembala-penggembala yang nekat saja yang mau menggembalakan ternaknya pada malam hari di saat musim dingin apalagi bersalju.
 Kitab Matius 2:1-2: meriwayatkan bahwa pada saat Yesus lahir orang-orang Majus melihat pertanda yaitu Munculnya bintang Timur. Dari cerita ini juga saya tidak yakin bila Yesus terlahir pada saat musim dingin apalagi saat salju turun karena pada masa-masa tersebut pada malam hari tentunya cuaca sedikit buruk sehingga tidak memungkinkan untuk melihat bintang timur dengan jelas.
X. Lantas kira-kira kapan ya Yesus lahir?Dari fakta sejarah yang bersumber dari uraian AlQuran dan Alkitab, saya lebih cendrung untuk menyebutkan bahwa Yesus lahir pada saat musin panas antara bulan Agustus hingga September, Mengapa?
 Kondisi geografis tanah kelahiran Yesus mengalami beberapa musim diantaranya Musim dingin, musim semi, panas dan gugur.

Dengan gambaran sebagai berikut :
Tanggal =Posisis Matahari =Bumi Bagian Utara =Bumi Bagian Selatan
21 Maret =Tegak diatas katulistiwa =Mulai musim semi =Mulai musim gugur
21Mart-21Juni =Bergeser ke Utara =Masa Musim semi =Masa musim gugur
21 Juni =Tegak23 ½opembalikan LU =Mulai musim panas =Mulai musim dingin
21 Juni-23Sept=Bergeser ke tengah =Masa musim Panas =Masa Musim dingin
23 Sept =Tegak diatas katulistiwa =Mulai musim gugur =Mulai musim semi
22 Desember =Tegak23½opembalikan LS =Mulai musim dingin =Mulai Musim panas
22 Des-21Mart =Bergeser ke selatan =Masa Musim dingin =Masa musim panas

Dan tanah kelahiran Yesus dapat digambarkan lebih sederhananya sebagai berikut :
- Musim Dingin terjadi antara bulan : Desember-Januari dan Pebruari
- Musim semi terjadi antara bulan : Maret, April dan Mei
- Musim Panas terjadi antara bulan : Juni, Juli dan Agustus
- Musim Gugur terjadi antara bulan : September, Oktober dan Nopember.

 Apabila kita mau menggabungkan antara cerita yang diterangkan didalam AlQuran dengan suasana geografis yang ada di sana tentunya kita akan memperoleh sedikit kepastian kapan ya kira-kira Yesus dilahirkan. AlQuran menggambarkan bahwa pada saat Yesus lahir, pohon-pohon kurma yang ada disana pada saat itu tengah berbuah dan buahnya telah matang (AlQuran surah Maryam ayat 23-25)
 Selanjutnya.. dari keadaan geografis disana kita akan dapat memastikan bahwa kalau begitu antara bulan Maret hingga Mei dedaunan yang tadinya gugur mulai bersemi kembali, termasuk pohon kurma.
 Kemudian antara bulan Mei hingga Juni bunga-bunga yang akan menjadi buah kurma diperkirakan mulai kuncup dan mekar.
 Sehingga antara Agustus atau September buah kurma diperkirakan telah matang.
 Pada bulan-bulan tersebutlah Yesus dilahirkan.

XI. Lantas mengapa sih sekarang kok perayaan natal dilaksanakan tanggal 25 Desember? Didalam sejarah yang bersumber dari berbagai literatur memberikan penjelasan bahwa masa sebelum Yesus dilahirkan (SM) masyarakat dunia masih banyak yang belum mengenal tentang Ketauhidan. Paganisme mendominasi dunia, sehingga tidak sedikit yang menganggap bahwa Matahari sebagai tuhan, hal tersebut sangatlah wajar karena secara lahiriah matahari adalah satu-satunya benda yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia, selain wujudnya yang besar matahari juga dipercaya memberikan ruh kehidupan manusia. Contoh beberapa bangsa yang me-tuhan-kan matahari, Bangsa Persia bertuhankan Mithra (dewa Matahari),Yunani mempertuhankan Helios (dewa matahari), Romawi bertuhan saturalia (dewa Matahari), bangsa Babilonia bertuhan Tamus (dewa Matahari), Mesir bertuhan Osiris (dewa Matahari). Bahkan di kalangan masyarakat Jawa pada masa lampau tidak sedikit juga yang memuja batorosuryo. Singkatnya matahari disebagian besar belahan dunia pada lalu banyak diyakini sebagai wujud penguasa alam raya.

XII. Dalam budaya masyarakat primitif, ada berbagai macam ritual dimana adanya tindakan-tindakan (usaha) manusia dengan mempergunakan kekuatan-kekuatan alam yang didasari atas alam pikiran dengan penuh kepercayaan yang primitif dengan tujuan guna dapat mempengaruhi sehingga alam menerbitkan suasana yang dikehendaki, misalkan dibeberapa tempat di tanah Jawa (Timur dan Tengah). Ketika terjadi gerhana bulan mereka meyakini bahwa bulan tengah dimakan oleh raksasa, sehingga masyarakat yang mempercayai hal tersebut senantiasa memukul apa saja supaya raksasa tersebut melepaskan bulannya.

XIII. Begitu pula disejumlah tempat dibebera belahan dunia yang wilayahnya mengalami 4 musim termasuk musim dingin, ketika cahaya matahari sangat redup. Maka masyarakat menggunakan cahaya-cahaya lampu yang di pasang di berbagai tempat termasuk pepohonan guna memanggil Dewa matahari supaya memancarkan cahayanya kembali. Hal ini juga terjadi dibebrapa tempat yang mengalami musim dingin pada bulan Desember.

XIV. Pada saat penganut dewa Matahari merayakan pesta Sol Invictus (matahari yang tak terkalahkan ). Yang diadakan karena kembali hidupnya dewa matahari. Pada saat Kaisar Aurelionus pada akhir abad ke III mengangkat dewa matahari menjadi dewa istana dan negara gereja mencoba menguasai pesta tersebut dengan menggantikan dengan pesta natal (hari kelahiran Yesus). Hal ini dilakukan sebagai langkah mudah untuk mengajak pengikut-pengikut penyembah matahari kepada ajaran dan doktrin gereja. Pada masa itu juga gereja memproklamirkan pesta sol invictus sebagai hari menyambut kelahiran terang baru atau surya kebenaran seperti yang telah dinubuatkan dalam perjanjian lama kitab Maleakhi 4:2 tentang kedatangan Yesus “Tetapi kamu yang takut akan nama-Ku, bagimu akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak lembu lepas kandang”

XV. Itulah sedikit gambaran tentang natal…. jadi menurut saya natal sejatinya tidak tanggal 25 Desember, tanggal 25 Desember adalah “instrument” pinjaman dari kebudayaan lain.Thanks.ok….

Read More......

Ahmadiyah yang di cerca dan di puja

Ahmadiyah yang Dicerca dan Dipuja
Oleh
KH Ma'mur Noor

Seorang mubaligh di Jakarta yang dalam ceramahnya sering mencerca Ahmadiyah
(gerakan Islam yang dinilai sesat dan menyesatkan) , suatu kali dalam satu
diskusi - yang membahas perkembangan sains di Dunia Islam - memuji-muji
almarhum Abdus Salam (1926-1996), pemenang Nobel Fisika tahun 1979. Sang da'i
yang anti-Ahmadiyah itu mengatakan dunia Islam benar-benar tertolong dengan
kehadiran Nobelis Abdus Salam sehingga perkembangan sains Islam yang sudah
terputus selama lima abad seakan hidup lagi.



Salam menjadi penerang sains Islam dan menjadi penggugah kaum muslimin untuk
kembali meraih kejayaan di bidang sains yang pernah digengamnya pada abad ke
ke-7 sampai ke-15.


Harian Republika, yang merupakan corong masyarakat Islam di Indonesia, sering
memuja Salam sebagai saintis Islam terbesar dan sebagai ilmuwan muslim pertama
yang mendapatkan hadiah nobel paling bergengsi di bidang fisika atom di tengah
terpuruknya sains Islam dalam lima abad terakhir.


Abdus Salam kelahiran Pakistan 29 Januari 1926 itu meraih gelar doktor fisika
dalam usia 26 tahun dari universitas di Inggris, Cambridge University. Dalam
waktu hanya lima tahun melakukan penelitian tentang gaya-gaya fundamental di
alam raya, penemuan Salam ternyata mendapat penghargaan Nobel.


Penemuannya dalam usia 31 tahun dianggap prestasi yang luar biasa. Salam dalam
penelitiannya berhasil menemukan fakta sesungguhnya semua gaya yang ada di
jagad raya - yaitu gaya gravitasi, elektromagnet, nuklir kuat, dan gaya nuklir
lemah hakikatnya merupakan satu kesatuan.

Keseimbangan Ciptaan Alah
Seperti ditulis Prof Ahmad Baiquni (alm), Salam melandaskan penelitian
fisikanya berdasarkan nash-nash Alqur'an, khususnya Surat Al-Mulk ayat 3 -
tentang keseimbangan ciptaan Alah. Ketika jenasahnya akan dimakamkan di
Pakistan, PM Benazir Ali Bhutto menganugerahkan penghargaan tertinggi kepada
Salam sebagai Putera dan pahlawan terbaik Pakistan. "Salam bukan sekadar
kebanggan Pakistan, tapi juga dunia,'' kata Benazir dalam pidato pemakaman
Salam.


Siapa sebenarnya Prof Dr Abdus Salam? Dia adalah pengikut Ahmadiyah Qodiani -
sebuah aliran yang oleh MUI dan mayoritas Islam di dunia - dianggap sesat dan
menyesatkan. Sebelum pemerintahan Benazir, Salam diusir dari Pakistan dan
dilarang menginjakkan kakinya di Tanah Suci Makkah. Semasa hidupnya Salam
sering jadi objek caci maki rakyat Pakistan dan Timur Tengah karena
ke-Ahmadiyah- annya.


Tapi di akhir hayatnya, - Salam justru dianggap Putra dan pahlawan Pakistan.
Seperti kebanggaan da'i di Jakarta, dan orang yang memaki-maki Salam kini
berbalik menjadi pemujanya yang fanatik. Dari gambaran itu, kita jadi aneh bila
melihat sahabat-sahabat kita di Bogor yang dengan membabi buta menghancurkan
kampus Ahmadiyah. Lebih ironis lagi, para penghancur ini sebagian mengaku orang
LPPI (Lembaga Penelitan dan Pengkajian Islam).


Bila dilihat namanya, LPPI mestinya lembaga kritis, berwawasan inklusif, dan
toleran akan perbedaan pendapat dalam Islam. Bukankah hadis Nabi sendiri
menyatakan perbedaan pendapat di antara umatku adalah rahmat?

Tetap Membaca Syahadatain
Perbedaan paham antara Ahmadiyah dan Ahli Sunnah tak ada yang prinsipil. Jika
kaum Ahmadiyah mengaku ada nabi setelah Muhammad dan wahyu tetap diturunkan
kepada seorang nabi sampai sekarang, tidak prinsipil.
Kata nabi berasal dari kata naba'a - artinya pemberi kabar (dari langit).
Bukankah sampai hari ini pun banyak ulama atau kaum sufi yang karena kesucian
dan kezuhudannya sering mendapat berita langit? Lantas, nabikah dia?


Kaum Islam mayoritas mungkin menyebutnya wali atau ayatullah dalam Syiah!
Lagi-lagi, masalah ini sebenarnya tidak perlu menimbulkan fitnah dan
pengrusakan. Bukankah tokoh yang disebut-sebut nabi dalam Ahmadiyah Qodiani
masih tetap membaca Syahadatain, bahwa Tidak Ada Tuhan Kecuali Allah dan
Muhammad adalah Utusannya?


Perbedaan ketiga yang sebenarnya kurang prinsip adalah kata "khatamun
nabibyyin" - bahwa Muhammad adalah nabi yang sempurna. Para mufassir dan ulama
di Indonesia menterjemahkannya "Muhammad nabi yang sempurna" karena itu
Muhammad merupakan nabi terakhir.


Saudara kita di Ahmadiyah menerjemahkan khatamun nabiyyin nabi yang sempurna
tapi tidak yang terakhir. Menurut Ahmadiyah, masih ada nabi setelah Nabi
Muhammad, tapi tidak sesempurna Muhammad. Sejauh ini kaum Ahmadiyah tak pernah
berpendapat untuk menduakan Allah (musyrik) dan menolak Kerasulan Muhammad.


Karena itu, jauh lebih baik jika umat Islam mayoritas merangkul umat Islam
minoritas Ahmadiyah ketimbang menjadikannya musuh yang harus dihancurkan.
Apalagi peran kaum Ahmadiyah dalam menyebarkan Islam sangat besar. Sebagian
besar buku-buku Islam yang diterbitkan di Barat dan kemudian membawa orang
Barat simpati kepada Islam ditulis oleh orang Ahmadiyah.


Di berbagai wilayah di Indonesia - kecuali di Parung, Bogor - hubungan antara
muslim Ahmadiyah dan muslim mayoritas Indonesia (NU dan Muhammadiyah) baik-baik
saja.

Penulis adalah anggota
Komisi VIII DPR




Read More......

Kemuliaan Ahlak Rosulullahsaw

Nabi-nabi dan para orang suci dibangkitkan Allah s.w.t. agar manusia bisa mencontoh perilaku akhlak mereka serta membimbing manusia bersiteguh di jalan yang benar sejalan dengan petunjuk Tuhan. Jelas bahwa mereka selalu memperlihatkan sifat-sifat akhlak yang mulia pada saatnya yang tepat sehingga bisa dicapai tingkat efektivitas yang terbaik. Sebagai contoh, sifat memaafkan adalah suatu hal yang patut dipuji ketika ia yang teraniaya lalu memiliki kekuatan untuk membalas dendam namun tidak dilakukannya. Kesalehan adalah sifat yang baik kalau dilaksanakan ketika seseorang memiliki segalanya untuk memuaskan dirinya.
Rencana Tuhan berkaitan dengan para Nabi dan orang-orang suci adalah agar mereka itu memperlihatkan dan menegakkan semua bentuk dari sifat-sifat akhlak yang mulia. Guna memenuhi rencana demikian maka Allah s.w.t. membagi kehidupan mereka dalam dua bagian. Bagian pertama kehidupan mereka dilalui dalam kesengsaraan dan berbagai penderitaan dimana mereka itu disiksa dan dianiaya, dimana melalui tahapan ini mereka akan memperlihatkan akhlak luhur yang hanya bisa dikemukakan pada saat keadaan sedang sulit. Bila mereka ini tidak diharuskan menjalani kesulitan yang besar maka sukar untuk menegaskan bahwa mereka benar-benar tetap setia kepada Tuhan-nya dalam segala kesulitan serta tetap bersiteguh maju terus dalam upayanya. Mereka bersyukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa bahwa mereka telah dipilih-Nya sebagai sosok yang patut teraniaya di jalan Allah. Tuhan yang Maha Agung mendera mereka dengan segala cobaan agar terlihat jelas bagaimana manifestasi keteguhan hati dan kesetiaan mereka kepada Tuhan mereka. Dalam hal ini sebagaimana dalam peribahasa, nyata bahwa keteguhan hati itu lebih tinggi nilainya daripada mukjizat. Keteguhan hati yang sempurna tidak akan terlihat jika tidak ada kesulitan besar yang dihadapi dan hanya bisa dihargai jika orang tahu bahwa yang bersangkutan memang telah mengalami goncangan yang dahsyat. Semua musibah tersebut merupakan berkat ruhani bagi para Nabi dan orang-orang suci karena melalui hal itulah sifat-sifat mulia mereka yang tidak ada tandingannya menjadi nyata dan derajat mereka akan ditinggikan di akhirat. Bila mereka tidak ada mengalami cobaan yang berat maka mereka tidak akan memperoleh berkat-berkat tersebut, tidak juga sifat mulia mereka menjadi tampak kepada umat manusia. Keteguhan hati, kesetiaan dan keberanian mereka tidak akan diakui secara universal. Mereka itu menjadi tiada tara dan tanpa tandingan serta demikian berani dan sempurna sehingga masing-masing dari mereka itu sepadan dengan seribu singa yang berada dalam satu tubuh atau seribu harimau dalam satu kerangka. Dengan cara demikian itulah kekuatan dan kekuasaan mereka menjadi suatu yang diagungkan dalam pandangan manusia dan mereka mencapai tingkatan tinggi dalam kedekatan kepada Allah s.w.t.Bagian kedua dari kehidupan para Nabi dan orang-orang suci adalah saat kemenangan, derajat mulia dan kekayaan dilimpahkan kepada mereka dimana pada saat itu pun mereka akan memperlihatkan akhlak mulia mereka yang memang efektif pada saat mereka menggenggam kemenangan, kekayaan dan kekuasaan. Mengampuni mereka yang tadinya menyiksa, bersabar hati terhadap para penganiaya, mencintai musuh, tidak mencintai kekayaan atau bangga terhadapnya, membuka gerbang berkat dan kemurahan hati, tidak menjadikan kekayaan sebagai sarana pemuas diri, tidak menjadikan kekuasaan sebagai alat penindasan, semuanya itu merupakan sifat-sifat mulia dengan persyaratan bahwa yang bersangkutan memang sedang memiliki kekuasaan dan kekayaan. Para Nabi dan orang-orang suci itu malah akan memperlihatkan semua sifat mulia itu saat mereka telah memiliki kekuasaan dan kekayaan.Kedua bentuk sifat-sifat akhlak mulia tersebut tidak mungkin dimanifestasi¬kan tanpa melalui tahapan kesulitan dan cobaan serta tahapan kekuasaan dan kemakmuran. Kebijaksanaan yang sempurna dari Allah s.w.t. mengharuskan bahwa para Nabi dan orang-orang suci diberikan kedua bentuk kesempatan tersebut yang sebenarnya merupakan realisasi ribuan berkat. Hanya saja urut-urutan dari kondisi demikian tidak akan sama bagi setiap orang. Kebijakan Ilahi menentukan bahwa beberapa orang akan mengalami periode kedamaian dan kenyamanan mendahului periode kesulitan, sedangkan pada yang lainnya dimulai dengan periode kesulitan sebelum datangnya pertolongan Tuhan. Dalam beberapa kejadian, kondisi demikian tidak terlalu jelas perbedaannya sedangkan pada yang lainnya dimanifestasikan secara sempurna.Berkaitan dengan hal ini yang paling menonjol adalah Hadzrat Rasulullah s.a.w. karena kedua kondisi itu dikenakan secara sempurna atas wujud beliau sedemikian rupa sehingga sifat akhlak beliau menjadi bersinar cemerlang laiknya matahari, dan semua itu tercermin dalam ayat:
“Sesungguhnya engkau benar-benar memiliki akhlak luhur”. (S.68 Al-Qalam:5).Jika dinilai bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah sempurna di dalam kedua bentuk sifat akhlak melalui pembuktian di atas, maka melalui itu dibuktikan juga keluhuran akhlak para Nabi-nabi lainnya dan dengan demikian telah meneguhkan Kenabian mereka, kitab-kitab yang mereka bawa serta kenyataan bahwa mereka semua adalah kekasih Allah s.w.t. Pendapat ini memupus keberatan sebagian orang akan akhlak Nabi Isa a.s. yang dianggap tidak cukup sempurna menghadapi kedua kondisi tersebut. Memang benar bahwa Nabi Isa a.s. menunjukkan keteguhan hati dalam keadaan kesulitan, hanya saja bentuk kesempurnaan akhlak tersebut baru akan terlihat sempurna jika saja pada saat itu Nabi Isa memperoleh kekuasaan dan keunggulan di atas para penganiaya beliau dan beliau kemudian mengampuni mereka dari lubuk hati yang paling dalam sebagaimana halnya perlakuan Hadzrat Rasulullah s.a.w. terhadap penduduk Mekah saat kota itu takluk kepada umat Islam. Penduduk kota Mekah memperoleh pengampunan penuh kecuali beberapa orang yang ditetapkan Tuhan harus menjalani hukuman karena kejahatan mereka yang luar biasa. Hadzrat Rasulullah s.a.w. setelah mencapai kemenangan malah mengumumkan: لا تثريب عليكم اليو م“Tidak akan ada yang menyalahkan kalian pada hari ini.”.Karena adanya pengampunan demikian yang semula dianggap mustahil dalam pandangan para musuh beliau, dimana tadinya mereka merasa patut dihukum mati atas segala kejahatan mereka, maka beribu-ribu orang lalu baiat ke dalam agama Islam dalam jangka waktu bilangan jam saja.Keteguhan hati Hadzrat Rasulullah s.a.w. yang diperlihatkan dalam jangka waktu panjang di bawah penganiayaan mereka, di mata mereka menjadi cemerlang bercahaya seperti matahari. Sudah menjadi fitrat manusia bahwa keagungan dari keteguhan hati seseorang menjadi nyata saat yang bersangkutan mengampuni para penganiayanya ketika ia kemudian memperoleh kekuasaan di atas mereka. Karena itulah sifat luhur akhlak Nabi Isa a.s. di bidang keteguhan, kelemah-lembutan dan daya tahan tidak terlihat sepenuhnya dimana tidak jelas apakah keteguhan sikapnya itu karena pilihan sendiri atau memang karena terpaksa. Nabi Isa a.s. tidak sempat memperoleh kekuasaan di atas para penganiaya beliau sehingga tidak bisa dibuktikan apakah beliau memang kemudian akan mengampuni para musuhnya atau memilih mengambil pembalasan dendam atas diri mereka itu.Berbeda dengan keadaan Nabi Isa a.s., sifat mulia dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. telah diperlihatkan dalam ratusan kejadian dan kenyataannya bersinar terang seperti sang surya. Sifat-sifat seperti murah hati, welas asih, pengurbanan, keberanian, kesalehan, kepuasan hati atas apa yang ada serta menarik diri dari duniawi, semuanya itu jelas sekali pada sosok Nabi Suci s.a.w. dibanding dengan Nabi-nabi lainnya. Allah yang Maha Kaya menganugerahkan harta benda yang amat banyak kepada Hadzrat Rasulullah s.a.w. dan beliau membelanjakan nya semua di jalan Allah dan tidak ada sekeping mata uang pun yang digunakan untuk kepuasan diri sendiri. Beliau tidak ada mendirikan bangunan megah atau istana untuk diri sendiri dan tetap saja hidup di sebuah gubuk tanah liat yang tidak berbeda dengan rumah kediaman umat yang paling miskin. Beliau berlaku welas asih terhadap mereka yang tadinya menganiaya beliau serta menolong mereka dengan daya sarana milik beliau sendiri. Beliau tinggal di sebuah gubuk tanah liat, tidur di lantai serta makan dari roti gandum yang kasar atau puasa jika tidak ada apa-apa. Beliau dikaruniai kekayaan dunia dalam jumlah amat besar tetapi beliau tidak mau mengotori tangan beliau dengan harta itu dan tetap memilih hidup miskin daripada kemewahan serta kelemah-lembutan daripada kekuasaan. Dari sejak hari pertama beliau diutus sampai dengan saat beliau kembali kepada Tuhan beliau di langit, beliau tidak pernah menganggap penting apa pun selain Allah s.w.t. Beliau memberikan bukti keberanian, kesetiaan dan keteguhan hati di medan perang menghadapi ribuan musuh dimana maut mengintai selalu, semata-mata hanya karena Allah. Singkat kata, Allah yang Maha Agung memanifestasikan sifat-sifat mulia beliau seperti welas asih, kesalehan, kepuasan atas apa yang ada, keberanian dan segala hal yang berkaitan dengan kecintaan kepada Allah s.w.t. yang padanannya belum pernah ada pada masa sebelum beliau dan tidak akan pernah ada lagi setelah beliau.Berkaitan dengan Nabi Isa a.s., sifat akhlak mulia tersebut tidak jelas dimanifestasikan karena hal seperti itu baru akan nyata jika seseorang kemudian memperoleh kekayaan dan kekuasaan, dan hal itu tidak ada terjadi pada diri Nabi Isa a.s. Pada keadaan beliau ini, kedua bentuk sifat akhlak tersebut tetap tinggal tersembunyi karena kondisi untuk manifestasinya tidak ada. Namun keberatan yang dianggap sebagai kekurangan pada diri nabi Isa a.s. tersebut telah ditimbali dengan contoh sempurna dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. karena contoh yang dikemukakan Nabi Suci s.a.w. telah menyempurna¬kan dan melengkapi kekurangan pada Nabi-nabi lain sehingga apa yang semula meragukan sekarang telah jadi jelas. Wahyu dan Kenabian berakhir di sosok yang mulia ini karena semua keluhuran telah mencapai puncaknya dalam diri beliau. Semua ini merupakan rahmat Allah s.w.t. yang dikaruniakan kepada siapa yang dipilih-Nya. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 276-292, London, 1984).* * *Allah yang Maha Agung telah membagi kehidupan Nabi kita Hadzrat Rasulullah s.a.w. dalam dua bagian, yaitu bagian pertama yang merupakan periode kegetiran, kesulitan dan penderitaan, sedangkan bagian berikutnya adalah ketika tiba masa kemenangan. Selama masa penderitaan akan muncul sifat-sifat akhlak beliau yang sesuai dengan masa tersebut, sedangkan pada waktu tiba masa kejayaan dan kekuasaan, maka muncul akhlak mulia beliau yang tidak akan jelas nyata jika tidak dilambari latar belakang kedigjayaan. Dengan demikian kedua bentuk sifat akhlak mulia beliau menjadi nyata karena melalui kedua periode masa seperti itu.Dengan membaca sejarah tentang masa kesulitan beliau di Mekah yang berlangsung selama tigabelas tahun, kita bisa melihat secara nyata bagaimana beliau memperlihatkan akhlak seorang muttaqi yang sempurna di dalam masa kesulitan yaitu meletakkan kepercayaan sepenuhnya kepada Allah s.w.t. tanpa mengeluh sama sekali, tidak mengendurkan pelaksanaan tugas beliau, tidak takut kepada siapa pun, semuanya itu dilakukan sedemikian rupa sehingga para orang kafir pun menjadi beriman karena menyaksikan keteguhan hati yang demikian rupa dan menyadari bahwa jika seseorang tidak memiliki keimanan yang demikian kuat, mustahil yang bersangkutan akan dapat menanggung penderitaan tersebut dengan keteguhan hati.Ketika tiba masa kemenangan, kekuasaan dan kemakmuran, lalu muncul sifat akhlak mulia Hadzrat Rasulullah s.a.w. yang lain yang berbentuk pengampunan, kemurahan hati dan keberanian yang diperlihatkan sedemikian sempurna sehingga sejumlah besar orang kafir lalu beriman kepada beliau. Beliau memaafkan mereka yang telah menganiaya beliau dan memberikan keamanan kepada mereka yang telah mengusir beliau dari Mekah serta menolong mereka yang membutuhkan bantuan. Justru setelah menggenggam tampuk kekuasaan di atas para musuh, beliau malah mengampuni mereka. Banyak orang yang menyaksikan akhlak mulia beliau menyatakan bahwa hanya orang yang muttaqi dan datang sebagai utusan Tuhan saja yang mungkin bisa memiliki akhlak demikian. Itulah sebabnya sisa-sisa rasa permusuhan para lawan beliau langsung menghilang. Akhlak mulia beliau juga dinyatakan oleh Kitab Suci Al-Qur’an dalam ayat:“Katakanlah: "Sesungguhnya sembahyangku dan pengorbananku dan kehidupanku serta kematianku adalah semata-mata untuk Allah, Tuhan semesta alam"“. (S.6 Al-Anaam:163).Berarti seluruh hidup beliau telah diikrarkan bagi manifestasi keagungan Tuhan serta memberikan kenyamanan kepada para makhluk-Nya agar melalui kewafatan beliau mereka semua itu akan memperoleh kehidupan. (Islami Usulki Philosophy, Ruhani Khazain, vol. 10, hal. 447-448, London, 1984).* * *Yang tertinggi dari segala kehormatan adalah kehormatan dari Hadzrat Rasululah s.a.w. yang telah mempengaruhi keseluruhan dunia Islam. Kehormatan beliau telah menghidupkan kembali dunia ini. Di tanah Arab pada masa beliau, perzinahan, permabukan dan perkelahian menjadi bagian kehidupan sehari-hari. Hak azasi manusia sama sekali terabaikan. Tidak ada rasa welas asih sama sekali terhadap sesama umat manusia. Bahkan hak dari Allah s.w.t. juga telah diingkari orang sama sekali. Bebatuan, pepohonan dan bintang-bintang diimbuhi dengan sifat-sifat samawi. Berbagai bentuk syirik berkembang luas di masyarakat. Tidak hanya wujud manusia, bahkan alat kelaminnya (genitalia) pun juga disembah. Seseorang yang berpikiran waras jika melihat keadaan demikian walaupun hanya sesaat, ia akan menyimpulkan adanya kegelapan, kefasikan dan penindasan sedang merajalela. Kelumpuhan biasanya menyerang satu sisi, tetapi ini adalah kelumpuhan yang menghantam kedua sisi (jiwa dan raga). Seluruh dunia terkesan sudah membusuk. Tidak ada kedamaian sama sekali baik di muka bumi atau pun di lautan.Hadzrat Rasulullah s.a.w. muncul dalam abad kegelapan dan kehancuran demikian dan beliau kemudian memperbaiki secara sempurna kedua sisi perimbangan dan menegakkan kembali hak-hak Tuhan serta hak-hak manusia di posisinya yang tepat. Kekuatan moril dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. dengan demikian bisa diukur dengan melihat kondisi masa tersebut. Penganiayaan yang ditimpakan kepada beliau dan para pengikut beliau serta perlakuan beliau terhadap para musuh ketika beliau telah memperoleh kemenangan atas mereka telah menunjukkan betapa luhurnya derajat beliau.Tidak ada jenis siksaan lain yang belum pernah ditimpakan oleh Abu Jahal dan kawan-kawannya terhadap Nabi Suci s.a.w. dan para sahabat beliau. Wanita-wanita Muslim disiksa dengan cara mengikat kaki mereka masing-masing kepada dua unta yang dihalau ke arah berlawanan sehingga tubuh mereka terbelah dua, padahal kesalahan mereka hanya karena beriman kepada Ke-Esaan Tuhan dan menyatakan: لااله الاالله محمدرسو ل اللهBeliau memikul semua penderitaan dengan keteguhan hati, tetapi pada waktu Mekah ditaklukkan, beliau malah mengampuni para musuh tersebut dan menenteramkan mereka dengan ucapan: “Tidak akan ada yang menyalahkan kalian pada hari ini.”. Semua itu merupakan kesempurnaan akhlak mulia beliau yang tidak ditemukan pada Nabi lainnya. Ya Allah turunkanlah salam dan rahmat-Mu atas beliau dan umat beliau. (Malfuzat, vol. II, hal. 79-80).
Alih bahasa : AQ Khalid

Read More......

Revolusi Akbar melalui Rosulullah saw

Argumentasi pertama yang dikemukakan Al-Qur’an agar manusia mau menerimanya sebagai Kitab yang benar dan Rasul-Nya sebagai Rasul yang benar serta untuk membuktikan bahwa ia memang berasal dari Allah yang Maha Kuasa, ialah Kitab dan Rasul itu sepatutnya muncul pada saat dunia sedang dilanda kegelapan dimana manusia sudah menjadi penyembah berhala sebagai pengganti Ketauhidan Ilahi, mengikuti jalan kejahatan sebagai pengganti kesucian, tenggelam dalam keangkaraan dan meninggalkan keadilan, telah menjadi demikian bodoh sehingga karenanya amat membutuh¬kan seorang Pembaharu dalam diri seorang Rasul.
Kemudian Rasul tersebut akan meninggalkan dunia ini ketika ia telah menyelesaikan seluruh tugas pembaharuannya dengan cara yang indah dan terpelihara dari segala musuhnya ketika ia sedang melaksanakan tugasnya. Ia itu sewajarnya muncul sebagai seorang pelayan dan berangkat di bawah perintah majikannya. Singkat kata, sewajarnya ia akan muncul di saat ketika manusia membutuhkan seorang Pembaharu samawi dan membutuhkan bimbingan sebuah Kitab, untuk kemudian dipanggil pulang berdasarkan wahyu yang diturunkan setelah ia selesai menanam pohon pembaharuan yang tertanam teguh dan telah muncul revolusi akbar dalam keruhanian manusia.Kami dengan bangga hati menyatakan bahwa kecemerlangan yang menegakkan argumentasi ini yang mendukung kebenaran Al-Qur’an dan penghulu kita Nabi Suci s.a.w. nyatanya tidak ada terdapat pada Nabi-nabi lain atau pun Kitab-kitab lain. Pengakuan dari Nabi Suci s.a.w. adalah bahwa beliau diutus kepada seluruh umat manusia dan karena itu Al-Qur’an menyalahkan secara keseluruhan manusia yang terlibat dalam paganisme, kejahatan dan kefasikan sebagaimana ayat:“Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan apa yang telah diusahakan oleh tangan manusia”. (S.30 Ar-Rum:42)untuk kemudian mengemukakan:“Maha beberkat Dia yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hamba-Nya supaya ia menjadi pemberi peringatan bagi sekalian alam”. (S.25 Al-Furqan:2).Dengan kata lain, ditugaskan kepada Nabi Suci s.a.w. untuk mengingatkan umat manusia bahwa karena kelakuan mereka serta aqidah yang salah, mereka itu dianggap sebagai sangat berdosa dalam pandangan Allah yang Maha Kuasa.Kata “Pemberi peringatan”. dalam ayat ini berkaitan dengan seluruh umat manusia dan jika dikatakan bahwa peringatan ini bagi para pendosa dan pelaku kejahatan, maka berarti Al-Qur’an menyatakan kalau seluruh dunia ini telah menjadi busuk dimana setiap orang telah meninggalkan jalan kebenaran dan amal saleh. Yang namanya peringatan dengan sendirinya hanya ditujukan kepada mereka yang fasik dan bukan kepada mereka yang berperilaku baik. Semuanya memahami bahwa yang diberi peringatan adalah mereka yang jahat dan tidak beriman, karena demikian itulah cara Allah s.w.t. mengutus Nabi untuk membawa kabar suka bagi umat yang saleh dan sebagai “Pemberi peringatan”. kepada mereka yang jahat. Jika dikatakan bahwa seorang Nabi ditugaskan sebagai “Pemberi peringatan”. bagi seluruh dunia maka patut disadari kalau berdasarkan wahyu yang diturunkan kepada Nabi tersebut bahwa seluruh dunia telah terlibat dalam tindakan yang menyimpang dari kebenaran. Pernyataan seperti ini tidak terdapat dalam Kitab Taurat berkenaan dengan Nabi Musa a.s. dan tidak juga dalam Kitab Injil berkenaan dengan Nabi Isa a.s. dan hanya bisa ditemukan di dalam Al-Qur’an saja.Ketika difirmankan:“Kamu dahulu telah berada di pinggir lubang api”. (S.3 Ali Imran:104),yang dimaksud adalah sebelum kedatangan Nabi Suci s.a.w. umat manusia telah berada di tubir neraka.Umat Yahudi dan Kristiani diingatkan bahwa mereka telah menyelewengkan Kitab-kitab Allah dan telah membawa manusia kepada segala rupa kejahatan dan perilaku salah. Adapun para penyembah berhala diingatkan bahwa mereka telah menjadi penyembah bebatuan, manusia, bintang-bintang serta unsur-unsur alam sehingga mereka melupakan sang Maha Pencipta yang Sejati. Begitu juga dengan mereka yang memakan harta anak yatim, membunuh anak-anak serta mencurangi serikat usahanya sendiri dan melakukan pelanggaran melampaui batas dalam segala hal. Difirmankan bahwa:“Ketahuilah bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya”. (S.57 Al-Hadid:18)mengandung arti bahwa seluruh dunia ini sudah mati dan sekarang akan dihidupkan kembali oleh Allah s.w.t.Singkat kata, Kitab Suci Al-Qur’an menyatakan bahwa seluruh dunia sudah berperilaku salah, manusia sudah menjadi penyembah berhala, umat Yahudi dan Kristiani menjadi akar dari segala keburukan dan berbagai macam dosa. Al-Qur’an memberikan gambaran kerusakan dunia yang padanannya tidak ada pada masa lain kecuali hanya pada masa Nabi Nuh a.s. Kami hanya mengutip beberapa ayat saja dan mengharapkan para pembaca sudi kiranya mempelajari sendiri Al-Qur’an secara tekun guna menemukan bagaimana Al-Qur’an ini telah menyatakan secara tegas bahwa seluruh dunia saat itu sudah dalam keadaan busuk dan mati serta manusia sudah berada di tubir neraka. Kitab ini mengingatkan Nabi Suci s.a.w. untuk memberi peringatan kepada seluruh dunia bahwa mereka itu berada dalam keadaan yang gawat.Telaah atas Kitab Suci Al-Qur’an mengungkapkan bahwa seluruh dunia sedang tenggelam dalam paganisme, kedurhakaan, segala bentuk dosa dan terbenam dalam sumur kejahatan. Memang benar bahwa Kitab Injil ada menyatakan kalau umat Yahudi telah menyimpang, tetapi tidak ada menyebut bahwa seluruh dunia sudah membusuk dan mati karena dipenuhi dengan paganisme dan perbuatan dosa. Nabi Isa a.s. pun tidak ada memberi¬kan pengakuan bahwa beliau adalah Rasul bagi seluruh dunia. Beliau hanya berbicara kepada umat Yahudi yang merupakan bangsa yang kecil jumlahnya dan tinggal di desa-desa dalam jarak pandang Nabi Isa a.s. Adapun Al-Qur’an mengemukakan mengenai kematian seluruh dunia dan menguraikan kondisi buruk dari semua bangsa. Umat Yahudi memang keturunan dari Nabi-nabi dan menyatakan beriman kepada Kitab Taurat tetapi perilaku mereka tidak sejalan dengan Kitab tersebut, bahkan ketika di masa Nabi Suci s.a.w. aqidah mereka pun sudah melenceng jauh. Ribuan manusia lalu menjadi atheis dan ribuan lagi yang menyangkal adanya wahyu, sedangkan segala macam perilaku dosa menjadi marak di muka bumi. Nabi Isa a.s. ada menyatakan perilaku jahat umat Yahudi yang merupakan bangsa yang jumlahnya kecil dengan tujuan memberitahukan bahwa umat Yahudi saat itu sedang membutuhkan seorang Pembaharu. Namun argumentasi yang kami ajukan berkaitan dengan Hadzrat Rasulullah s.a.w. ialah beliau itu datang di saat dunia dalam keadaan rusak dan dipanggil kembali setelah menegakkan pembaharuan secara sempurna. Kedua aspek ini dikemukakan secara jelas dalam Al-Qur’an guna menarik perhatian manusia mengenai hal tersebut, dan yang pasti hal seperti ini tidak ada ditemukan dalam Kitab Injil atau pun Kitab-kitab lainnya.Argumentasi tersebut dikemukakan sendiri oleh Al-Qur’an dan Kitab ini menyatakan bahwa kebenaran dirinya dikuatkan oleh kedua aspek tadi. Kitab ini muncul ketika perilaku manusia telah menyimpang dan aqidah-aqidah palsu telah merebak ke seluruh muka bumi sehingga dunia jadi melenceng jauh dari kebenaran dan realitas Ketauhidan Ilahi. Penegasan Al-Qur’an tentang hal ini diteguhkan oleh hasil studi komparative sejarah. Ada banyak bukti-bukti berupa pengakuan orang-orang yang menyatakan bahwa masa itu begitu penuh dengan kegelapan dimana setiap orang cenderung menyembah makhluk lainnya sehingga ketika Al-Qur’an menuduh mereka telah durhaka dan berdosa, tidak ada satu pun yang bisa membuktikan kebersihan dirinya. Perhatikanlah betapa tegasnya Allah yang Maha Perkasa berbicara tentang kejahatan para ahli Kitab serta tentang kematian seluruh dunia.Dinyatakan dalam ayat:“Bahwa mereka hendaknya tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi Kitab sebelum mereka, melainkan karena masa penganugrahan karunia Allah kepada mereka diperpanjang bagi mereka, hati mereka menjadi keras dan kebanyakan mereka menjadi durhaka. Ketahuilah bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kepadamu supaya kamu dapat mengerti”. (S.57 Al-Hadid:17-18).Ayat ini mengandung arti bahwa para muminin diingatkan agar jangan berperilaku seperti para ahli Kitab yang telah memperoleh Kitab-kitab Ilahi sebelum mereka tetapi karena lamanya perjalanan waktu lalu hati mereka menjadi keras dan sebagian besar dari mereka lalu mendurhaka dan menjadi jahat. Mereka diingatkan bahwa dunia sudah mati dan sekarang akan dihidupkan kembali. Inilah tanda-tanda tentang perlunya Al-Qur’an serta kebenarannya agar kalian mau mengerti.Sekarang kalian tentunya menyadari bahwa kami tidak ada mengajukan argumentasi ini dari hasil pikiran kami sendiri, melainkan Al-Qur’an sendirilah yang mengemukakannya dimana setelah mengajukan kedua aspek dari argumentasi lalu menyatakan kalau semua itu merupakan tanda-tanda yang mendukung kebenaran Nabi Suci s.a.w. dan Kitab Al-Qur’an itu sendiri dengan tujuan agar kalian menyadari dan menemukan realitasnya.Bagian kedua dari argumentasi tadi bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. akan dipanggil pulang dari dunia kembali kepada Tuhan beliau pada saat beliau telah selesai melaksanakan tugas, juga dinyatakan secara tegas dalam Kitab Al-Qur’an pada ayat:“Hari ini telah Kusempurnakan agamamu bagi manfaatmu dan telah Kulengkapkan nikmat-Ku atasmu dan telah Kusukai bagimu Islam sebagai agama”. (S.5 Al-Maidah:4)yang mengandung arti bahwa dengan diwahyukannya Al-Qur’an dan telah direformasinya umat manusia maka keimananmu telah sempurna serta karunia Ilahi telah disempurnakan bagimu dan Tuhan telah memilih Islam sebagai agamamu. Ayat ini merupakan indikasi kalau pewahyuan Al-Qur’an sudah selesai dan Kitab ini telah membawa perubahan yang luar biasa dalam hati manusia dengan kesempurnaan petunjuk dan bahwa karunia Ilahi telah disempurnakan bagi umat Islam.Inilah kedua aspek yang menjadi tujuan dari diutusnya seorang Rasul. Ayat tersebut menegaskan bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. tidak akan meninggalkan hidup ini sampai Islam telah disempurnakan melalui diwahyukannya Al-Qur’an serta pemberian petunjuk yang patut bagi umat Islam. Semua itu merupakan tanda Ilahi yang tidak akan diberikan kepada seorang Nabi palsu. Sesungguh¬nya sebelum Nabi Suci s.a.w. tidak ada Nabi lain yang berhasil memper¬lihatkan bahwa Kitab yang dibawanya telah selesai dengan sempurna dan umatnya telah memperoleh petunjuk yang lengkap serta musuh-musuhnya telah dikalahkan sebagaimana Islam yang unggul di segala penjuru.Di tempat lain dinyatakan:“Apabila tiba pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat orang-orang masuk ke dalam agama Allah dengan berduyun-duyun, maka sanjunglah kesucian Tuhan engkau dengan puji-pujian-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia berulang-ulang kembali dengan rahmat-Nya”. (S.110 An-Nashr:2-4).Berarti bahwa pertolongan dan kemenangan yang telah dijanjikan telah datang dan engkau telah melihat, wahai Rasul, bahwa manusia berduyun-duyun masuk ke dalam Islam, maka agungkan dan pujilah Tuhan karena sebenarnya apa yang telah terjadi itu bukanlah hasil kerjamu sendiri melainkan berkat rahmat dan karunia Allah s.w.t. Karena itu sembahlah Allah dan beristighfar karena Dia selalu kembali bersama rahmat-Nya. Jika para Nabi diperintahkan untuk beristighfar, tidaklah berarti bahwa mereka memohon pengampunan sebagaimana laiknya orang yang berdosa. Pada keadaan para Nabi tersebut, beristighfar merupakan pengakuan dari ketiadaan arti diri, kerendahan hati, kelemahan dan cara terhormat untuk memohon pertolongan. Sebagaimana ayat-ayat itu menegaskan bahwa tujuan dari kedatangan Hadzrat Rasulullah s.a.w. telah terpenuhi dimana beribu-ribu orang telah memeluk Islam, tetapi juga merupakan indikasi telah dekatnya waktu wafat beliau (beliau wafat dalam waktu satu tahun setelah diterimanya wahyu ini), maka wajar kalau wahyu ini telah memberikan kegembiraan kepada Nabi Suci s.a.w. tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana masa depan pengairan dari taman yang telah ditanaminya. Karena itu Allah yang Maha Agung untuk mencairkan kekhawatiran tersebut telah menyuruh Hadzrat Rasulullah s.a.w. agar beliau beristighfar. Pengertian dari “maghfirat”. adalah menyelimuti seseorang agar selamat dari segala bencana. Arti kata “mighfar”. adalah ketopong atau helm. Istighfar dengan demikian berarti agar bencana yang ditakuti atau dosa yang diperkirakan, akan ditutupi dan dicegah sebelum mewujud. Dalam keadaan ini kata itu ditujukan untuk memberikan ketenteraman hati kepada Nabi Suci s.a.w. agar beliau tidak perlu berduka atas kelangsungan agama Islam karena Allah s.w.t. tidak akan membiarkannya hancur serta akan selalu kembali dengan rahmat-Nya dan akan menahan segala kerugian yang ditimbulkan oleh adanya kelemahan manusia. (Noorul Qur’an, no. 1, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 9, hal. 333-356, London, 1984).* * *Sudah menjadi bukti yang nyata akan kebenaran Kenabian dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. dan kesahihan dari Kitab Suci Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Nabi Suci s.a.w. diutus ketika dunia ini sedang sangat membutuhkan seorang Pembaharu Akbar dan bahwa beliau tidak wafat dan tidak juga terbunuh sampai telah selesai menegakkan kebenaran di bumi. Ketika beliau muncul sebagai seorang Nabi, beliau langsung menunjukkan kalau memang wujudnya amat diharap¬kan oleh dunia dan beliau langsung menegur umat manusia yang telah tenggelam dalam paganisme, kefasikan dan perbuatan dosa. Dalam Kitab Suci Al-Qur’an banyak ditemui peringatan demikian seperti:“Maha beberkat Dia yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hamba-Nya supaya ia menjadi pemberi peringatan bagi sekalian alam”. (S.25 Al-Furqan:2)yang merupakan peringatan bagi umat manusia yang telah rusak aqidahnya dan telah melenceng jauh cara hidupnya. Ayat ini menjadi bukti dari pernyataan Al-Qur’an bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. muncul ketika seluruh dunia dan semua umat manusia telah rusak akhlaknya, dimana mereka yang semula melawan akhirnya menerima pernyataan beliau, tidak dengan berdiam diri tetapi dengan pengakuan melalui baiat. Dari sini jelas kalau Nabi Suci s.a.w. datang ketika saatnya memang sudah harus muncul seorang Nabi yang sempurna dan benar.Kalau kita lalu mentelaah kapan saatnya beliau dipanggil pulang, Al-Qur’an secara eksplisit menjelaskan bahwa kepulangan beliau adalah setelah selesai menuntaskan tugasnya. Beliau dipanggil pulang oleh Allah s.w.t. setelah turunnya ayat yang menyatakan bahwa aqidah pendidikan bagi umat Islam telah sempurna dan semua wahyu yang berkaitan dengan itu telah diturunkan. Tidak hanya itu, juga dinyatakan bahwa pertolongan Allah s.w.t. sudah digenapkan dan beribu manusia telah menganut Islam. Juga diwahyukan bahwa hati mereka telah dipenuhi dengan keimanan dan ketakwaan sehingga mereka menjauhi kedurhakaan dan dosa. Akhlak mereka telah mengalami perubahan luar biasa yang mempengaruhi perilaku dan jiwa mereka. Kemudian dikemukakan dalam surah An-Nashr bahwa tujuan dari Kenabian beliau telah terpenuhi dan Islam telah mencapai kemenangan di hati manusia. Hadzrat Rasulullah s.a.w. menyatakan bahwa surah ini mengindikasikan kewafatan beliau. Beliau kemudian melaksanakan ibadah Haji dan menyebut¬nya sebagai Haji Wada (perpisahan) dimana beliau menyampaikan khutbah panjang dari punggung seekor unta. Beliau meminta kesaksian mereka yang hadir bahwa beliau telah menyampaikan keseluruhan firman Tuhan yang ditugaskan kepada beliau untuk disampaikan kepada mereka. Setiap dari mereka yang hadir menyatakan dengan suara lantang bahwa benar beliau telah menyampaikan kepada mereka. Hadzrat Rasulullah s.a.w. kemudian menunjuk ke langit dan mengatakan: “Engkau menjadi saksi, ya Allah.”. Beliau kemudian mengingatkan mereka secara panjang lebar karena beliau tidak akan ada lagi bersama mereka pada tahun yang akan datang. Beliau kemudian kembali ke kota Medinah dan wafat pada tahun berikutnya. Turunkanlah berkat dan salam Engkau, ya Allah, atas diri beliau. Semua indikasi ini ada dikemukakan dalam Al-Qur’an dan dibenarkan oleh sejarah agama Islam.Adakah dari antara penganut agama Kristen, Yahudi atau Arya yang bisa menunjukkan bukti-bukti bahwa Pembaharu mereka masing-masing memang datang pada saat dibutuhkan, dan pulang kembali ke Tuhan-nya setelah tugas mereka selesai, disamping para lawannya mau mengakui kekeliruan cara hidup serta ketidak-salehan mereka? Aku merasa yakin sekali bahwa tidak ada satu pun umat lain dari luar agama Islam yang akan mampu memberikan bukti demikian. Yang diketahui pasti, Nabi Musa a.s. diutus untuk kehancuran Firaun dan menyelamat¬kan umat beliau dari penindasan serta membimbing mereka ke arah yang benar. Adalah benar bahwa beliau memang berhasil menyelamatkan umatnya dari penindasan Firaun namun tidak mampu menyelamatkan mereka dari godaan Syaitan, dan beliau juga tidak berhasil membawa mereka ke tanah yang dijanjikan. Keturunan Bani Israil ternyata tidak bisa memurnikan batin mereka di tangan beliau dan mereka berulangkali melakukan kedurhakaan sampai kemudian Nabi Musa a.s. wafat ketika mereka masih dalam keadaan demikian. Sepanjang menyangkut pengikut Nabi Isa a.s. cukuplah Kitab Injil menjadi saksi atas kondisi mereka, tidak perlu lagi penjelasan tambahan. Bukanlah suatu hal yang tertutup adanya kenyataan bahwa betapa sedikitnya umat Yahudi yang menerima Nabi Isa a.s. padahal beliau sengaja diutus kepada mereka. Jika harkat Kenabian Nabi Isa dinilai dari tolok ukur jumlah pengikut maka Kenabian beliau tidak akan memenuhi syarat. (Noorul Qur’an, no. 1, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 9, hal. 358-369, London, 1984).* * *Hadzrat Rasulullah s.a.w. dibangkitkan ketika seluruh dunia sedang tenggelam dalam paganisme, kedurhakaan dan penyembahan makhluk, dimana semua orang telah meninggalkan aqidah yang murni dan melupakan jalan yang lurus. Penyembahan berhala berkembang luas di tanah Arab, adapun bangsa Parsi menyembah api, sedangkan di India disamping penyembahan berhala ditambah lagi dengan penyembahan berbagai macam makhluk lainnya. Banyak sudah buku ditulis mengenai hal ini dimana berpuluh-puluh manusia yang telah dipertuhan sebagai bagian dari penyembahan Avatar16.Berdasarkan pendapat dari Pendeta Mr. Bourt17 dan beberapa penulis Inggris lainnya, tidak ada agama yang demikian rancunya sebagaimana agama Kristen dimana agama ini sudah jatuh kredibilitasnya akibat penyelewengan dan aqidah salah para ulama atau pendetanya. Dalam aqidah Kristen tidak hanya satu atau dua orang saja yang dipertuhan tetapi juga beberapa benda lainnya.Kedatangan Nabi Suci s.a.w. pada saat kegelapan demikian dimana situasi menuntut munculnya seorang Pembaharu agung guna memberikan petunjuk Ilahi yang akan mencerahkan dunia dengan Ketauhidan Ilahi serta menghapus paganisme dan penyembahan makhluk yang merupakan induk dari segala kemudharatan, merupakan bukti yang jelas bahwa beliau adalah Rasul Allah yang benar dan jauh mengungguli Rasul-rasul lainnya. Kebenaran beliau ditegaskan oleh kenyataan bahwa dalam zaman jahiliah demikian, norma hukum alam dan kebiasaan Allah s.w.t. mengharuskan adanya seorang Pembimbing yang sempurna.Sudah menjadi norma abadi dari Tuhan semesta alam bahwa ketika penderitaan dunia telah mencapai puncaknya, rahmat Ilahi akan turun untuk menanggulanginya. Ketika bumi dilanda kekeringan berkepanjangan yang mengancam kelanjutan kehidupan manusia, maka Allah yang Maha Pengasih akan menurunkan hujan.Saat beratus dan beribu-ribu manusia telah mati karena suatu wabah, maka akan turun pertolongan berupa udara atau iklim yang kemudian dibersihkan oleh unsur-unsur alam atau ditemukannya suatu jenis pengobatan baru. Ketika suatu bangsa terperangkap dalam penindasan tirani, akan muncul seorang penguasa yang adil dan pengasih. Begitu pula saat manusia melupakan jalan Allah dan meninggalkan Ketauhidan dan penyembahan Wujud-Nya, maka Allah yang Maha Luhur akan mengaruniakan wawasan sempurna kepada salah seorang hamba-Nya dimana setelah memberkati yang bersangkutan dengan firman-Nya, lalu mengutusnya untuk membimbing manusia agar ia memperbaiki kebusukan yang telah merasuk. Sang Maha Pengasih yang memelihara serta mendukung eksistensi dunia ini tidak akan menahan atau membatalkan sifat Rahmat-Nya.Setiap sifat-sifat Wujud-Nya akan memanifestasikan dirinya pada saatnya yang tepat. Logika sehat telah membuktikan bahwa untuk mengatasi setiap bentuk bencana maka sifat Allah s.w.t. yang relevan akan mewujud pada saat itu. Sejarah telah membuktikan dan juga dibenarkan oleh para penentang serta dipertegas oleh Al-Qur’an bahwa pada saat diutusnya Hadzrat Rasulullah s.a.w. memang benar bencana telah mencapai puncaknya karena manusia di seluruh dunia telah meninggalkan jalan Ketauhidan dan ketulusan. Adapun mengenai ibadah kepada Tuhan, semua orang mengakui bahwa hanya Hadzrat Rasulullah s.a.w. saja yang telah memperbaiki kerusakan akhlak dan menyelamatkan dunia dari kegelapan paganisme dan penyembahan makhluk, lalu menegakkan Ketauhidan Ilahi sehingga tidak bisa diragukan lagi bahwa beliau itu seorang Pembimbing yang benar dari Allah yang Maha Kuasa. Argumentasi ini dikemukakan Al-Qur’an dalam ayat:“Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengirimkan rasul-rasul kepada semua umat yang sebelum engkau tetapi syaitan menampakkan perbuatan mereka indah bagi mereka. Maka ia menjadi pemimpin bagi mereka pada hari itu dan bagi merekalah azab yang pedih. Dan Kami tidak menurunkan kepada engkau kitab ini kecuali supaya engkau dapat menjelaskan kepada mereka mengenai apa yang mereka telah menimbulkan perselisihan-perselisihan dan supaya menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Allah telah menurunkan air dari langit, lalu Dia menghidupkan dengan itu bumi setelah matinya. Sesungguhnya dalam yang demikian itu ada tanda bagi kaum yang mau mendengarkan kebenaran”. (S.16 An-Nahl:64-66).Kami ingin mengingatkan kembali bahwa tiga unsur yang telah kami kemukakan yang menghasilkan kesimpulan bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah seorang Pembimbing yang benar, ada dikemukakan secara indah dalam ayat di atas. Pertama adalah tentang kalbu manusia yang telah menyimpang dan terperangkap dalam kekeliruan selama berabad-abad, ditamsilkan sebagai tanah yang kering dan mati sedangkan firman Tuhan ditamsilkan sebagai hujan yang turun dari langit, karena memang merupakan kaidah abadi bahwa rahmat Ilahi akan selalu menyelamatkan umat manusia dari kehancuran. Kaidah ini tidak terbatas kepada air hujan phisik saja tetapi juga hujan ruhani yang akan turun pada masa kesulitan yaitu ketika kefasikan telah merata. Dalam keadaan demikian rahmat Tuhan pasti akan berfungsi untuk mengatasi bencana yang mempengaruhi kalbu manusia. Ayat ini lalu menunjuk kepada unsur kedua yaitu bahwa seluruh dunia telah rusak sebelum kedatangan Nabi Suci s.a.w. Unsur ketiga merujuk kepada kenyataan bahwa mereka yang mati ruhaninya telah dihidupkan kembali oleh firman Tuhan.Kesimpulan yang bisa ditarik dari sini ialah bahwa semua itu merupakan tanda kebenaran Kitab Suci Al-Qur’an dimana para pencari kebenaran digiring untuk menyimpulkan bahwa Kitab Suci Al-Qur’an memang benar dari Allah s.w.t. Karena argumentasi ini juga menegakkan kebenaran dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. maka disimpulkan juga bahwa beliau itu memang kenyataannya mengungguli semua Nabi-nabi lainnya karena Nabi Suci s.a.w. harus menangani seluruh dunia dimana tugas yang beliau emban sebenarnya setimpal dengan karya dari seribu atau dua ribu Nabi-nabi lainnya. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 112-116, London, 1984).* * *Zaman pada saat kedatangan Hadzrat Rasulullah s.a.w. memang membutuhkan seorang Pembaharu Samawi yang akbar yang membawa petunjuk Ilahi dimana ajaran yang beliau bawa nyatanya adalah hal yang benar dan amat dibutuhkan serta mencakup segala hal yang diperlukan manusia. Ajaran beliau demikian efektif sehingga berhasil menarik ratusan ribu hati manusia kepada kebenaran dan menanamkan dalam pikiran mereka bahwa tidak ada yang patut disembah selain Allah s.w.t.لااله الله محمد رسو ل اللهBeliau telah menyempurnakan tujuan paripurna dari Kenabian yaitu beliau telah mengajarkan prinsip-prinsip keselamatan ruhani sedemikian sempurna sehingga tidak ada ajaran Nabi-nabi lain yang bisa menimbalinya. Semua kenyataan tersebut mendorong orang untuk yakin bersaksi bahwa sesungguhnya Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah seorang pembimbing yang benar dari Allah s.w.t.Tidak ada keselamatan bagi seseorang yang karena kefanatikan dan kedegilannya lalu menyangkal semua tanda-tanda kebenaran dan ketakwaan yang mewujud begitu sempurna dalam diri Hadzrat Rasulullah s.a.w. yang tidak akan ditemui pada Nabi-nabi lainnya. Orang-orang seperti itu bahkan akan menyangkal keberadaan Tuhan, jika pun misalnya hanya untuk menyangkal kebenaran dan ketakwaan Hadzrat Rasulullah s.a.w. Biarlah mereka yang berani menyangkal, maju ke muka dan memperlihatkannya kepada kami.(Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 112-114, London, 1984).* * *Nabi kita Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah seorang Pembaharu akbar dalam penyampaian kebenaran dan telah mengembalikan kebenaran yang selama itu hilang kepada dunia. Tidak ada Nabi lain yang bisa menimpali keberhasilan beliau dalam mencerahkan dunia yang semula gelap gulita menjadi terang benderang akibat kehadiran beliau. Beliau tidak wafat sebelum bangsa kepada siapa beliau turun, telah menanggalkan jubah paganisme mereka dan mengenakan jubah Ketauhidan Ilahi. Tidak itu saja, nyatanya mereka telah berhasil mencapai tingkat keruhanian yang tinggi serta juga berlaku takwa dan saleh yang tidak ada padanannya di bagian lain dunia. Keberhasilan demikian belum pernah dicapai Nabi lainnya selain beliau. Adalah suatu kenyataan bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. dibangkitkan di masa saat dunia tenggelam dalam kegelapan yang membutuhkan seorang Pembaharu akbar. Beliau meninggalkan dunia ini di saat ketika ratusan ribu orang telah meninggalkan paganisme dan penyembahan berhala serta beralih kepada jalan yang lurus dan Ketauhidan Ilahi. Pembaharuan yang demikian sempurna itu adalah hasil karya beliau yang telah mengajar mereka yang tadinya berada di tingkatan hewaniah menjadi manusia seutuhnya. Dengan kata lain, beliau itu telah merubah binatang-binatang liar menjadi manusia untuk kemudian menjadi¬kan mereka sebagai manusia terdidik, lalu merubah mereka menjadi hamba-hamba Allah serta meniupkan keruhanian ke dalam diri mereka guna menciptakan hubungan antara mereka dengan Tuhan yang Maha Benar. Mereka ada yang dijagal di jalan Allah seperti domba dan diinjak-injak di bawah kaki seperti semut, namun tidak ada dari mereka yang menanggalkan keimanannya dan siap maju terus menghadapi aral rintangan.Tidak diragukan bahwa Nabi Suci s.a.w. adalah Adam yang kedua, bahkan Adam yang sesungguhnya di bidang penegakan keruhanian melalui mana nilai-nilai luhur manusia mencapai kesempurnaannya dimana semua kemampuan manusia diarahkan pada fungsi yang sepatutnya dan tidak ada fitrat manusia yang tersisa tidak terbina. Kenabian berakhir dengan beliau tidak saja karena beliau adalah Nabi terakhir dalam skala waktu, tetapi juga karena semua kesempurnaan Kenabian telah mencapai puncaknya pada wujud beliau. Mengingat beliau itu adalah manifestasi sempurna dari sifat-sifat Ilahi maka norma-norma beliau memiliki sifat keagungan dan keindahan. Karena itu beliau disebut sebagai Muhammad dan juga Ahmad, serta tidak ada kekikiran dalam Kenabian beliau karena merupakan kemaslahatan bagi seluruh dunia.(Khutbah Sialkot berjudul “Islam,”. Sialkot, Mufid Aam Press, 1904; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 20, hal. 206-207, London, 1984).di 18:26
Argumentasi pertama yang dikemukakan Al-Qur’an agar manusia mau menerimanya sebagai Kitab yang benar dan Rasul-Nya sebagai Rasul yang benar serta untuk membuktikan bahwa ia memang berasal dari Allah yang Maha Kuasa, ialah Kitab dan Rasul itu sepatutnya muncul pada saat dunia sedang dilanda kegelapan dimana manusia sudah menjadi penyembah berhala sebagai pengganti Ketauhidan Ilahi, mengikuti jalan kejahatan sebagai pengganti kesucian, tenggelam dalam keangkaraan dan meninggalkan keadilan, telah menjadi demikian bodoh sehingga karenanya amat membutuh¬kan seorang Pembaharu dalam diri seorang Rasul.
Kemudian Rasul tersebut akan meninggalkan dunia ini ketika ia telah menyelesaikan seluruh tugas pembaharuannya dengan cara yang indah dan terpelihara dari segala musuhnya ketika ia sedang melaksanakan tugasnya. Ia itu sewajarnya muncul sebagai seorang pelayan dan berangkat di bawah perintah majikannya. Singkat kata, sewajarnya ia akan muncul di saat ketika manusia membutuhkan seorang Pembaharu samawi dan membutuhkan bimbingan sebuah Kitab, untuk kemudian dipanggil pulang berdasarkan wahyu yang diturunkan setelah ia selesai menanam pohon pembaharuan yang tertanam teguh dan telah muncul revolusi akbar dalam keruhanian manusia.Kami dengan bangga hati menyatakan bahwa kecemerlangan yang menegakkan argumentasi ini yang mendukung kebenaran Al-Qur’an dan penghulu kita Nabi Suci s.a.w. nyatanya tidak ada terdapat pada Nabi-nabi lain atau pun Kitab-kitab lain. Pengakuan dari Nabi Suci s.a.w. adalah bahwa beliau diutus kepada seluruh umat manusia dan karena itu Al-Qur’an menyalahkan secara keseluruhan manusia yang terlibat dalam paganisme, kejahatan dan kefasikan sebagaimana ayat:“Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan apa yang telah diusahakan oleh tangan manusia”. (S.30 Ar-Rum:42)untuk kemudian mengemukakan:“Maha beberkat Dia yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hamba-Nya supaya ia menjadi pemberi peringatan bagi sekalian alam”. (S.25 Al-Furqan:2).Dengan kata lain, ditugaskan kepada Nabi Suci s.a.w. untuk mengingatkan umat manusia bahwa karena kelakuan mereka serta aqidah yang salah, mereka itu dianggap sebagai sangat berdosa dalam pandangan Allah yang Maha Kuasa.Kata “Pemberi peringatan”. dalam ayat ini berkaitan dengan seluruh umat manusia dan jika dikatakan bahwa peringatan ini bagi para pendosa dan pelaku kejahatan, maka berarti Al-Qur’an menyatakan kalau seluruh dunia ini telah menjadi busuk dimana setiap orang telah meninggalkan jalan kebenaran dan amal saleh. Yang namanya peringatan dengan sendirinya hanya ditujukan kepada mereka yang fasik dan bukan kepada mereka yang berperilaku baik. Semuanya memahami bahwa yang diberi peringatan adalah mereka yang jahat dan tidak beriman, karena demikian itulah cara Allah s.w.t. mengutus Nabi untuk membawa kabar suka bagi umat yang saleh dan sebagai “Pemberi peringatan”. kepada mereka yang jahat. Jika dikatakan bahwa seorang Nabi ditugaskan sebagai “Pemberi peringatan”. bagi seluruh dunia maka patut disadari kalau berdasarkan wahyu yang diturunkan kepada Nabi tersebut bahwa seluruh dunia telah terlibat dalam tindakan yang menyimpang dari kebenaran. Pernyataan seperti ini tidak terdapat dalam Kitab Taurat berkenaan dengan Nabi Musa a.s. dan tidak juga dalam Kitab Injil berkenaan dengan Nabi Isa a.s. dan hanya bisa ditemukan di dalam Al-Qur’an saja.Ketika difirmankan:“Kamu dahulu telah berada di pinggir lubang api”. (S.3 Ali Imran:104),yang dimaksud adalah sebelum kedatangan Nabi Suci s.a.w. umat manusia telah berada di tubir neraka.Umat Yahudi dan Kristiani diingatkan bahwa mereka telah menyelewengkan Kitab-kitab Allah dan telah membawa manusia kepada segala rupa kejahatan dan perilaku salah. Adapun para penyembah berhala diingatkan bahwa mereka telah menjadi penyembah bebatuan, manusia, bintang-bintang serta unsur-unsur alam sehingga mereka melupakan sang Maha Pencipta yang Sejati. Begitu juga dengan mereka yang memakan harta anak yatim, membunuh anak-anak serta mencurangi serikat usahanya sendiri dan melakukan pelanggaran melampaui batas dalam segala hal. Difirmankan bahwa:“Ketahuilah bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya”. (S.57 Al-Hadid:18)mengandung arti bahwa seluruh dunia ini sudah mati dan sekarang akan dihidupkan kembali oleh Allah s.w.t.Singkat kata, Kitab Suci Al-Qur’an menyatakan bahwa seluruh dunia sudah berperilaku salah, manusia sudah menjadi penyembah berhala, umat Yahudi dan Kristiani menjadi akar dari segala keburukan dan berbagai macam dosa. Al-Qur’an memberikan gambaran kerusakan dunia yang padanannya tidak ada pada masa lain kecuali hanya pada masa Nabi Nuh a.s. Kami hanya mengutip beberapa ayat saja dan mengharapkan para pembaca sudi kiranya mempelajari sendiri Al-Qur’an secara tekun guna menemukan bagaimana Al-Qur’an ini telah menyatakan secara tegas bahwa seluruh dunia saat itu sudah dalam keadaan busuk dan mati serta manusia sudah berada di tubir neraka. Kitab ini mengingatkan Nabi Suci s.a.w. untuk memberi peringatan kepada seluruh dunia bahwa mereka itu berada dalam keadaan yang gawat.Telaah atas Kitab Suci Al-Qur’an mengungkapkan bahwa seluruh dunia sedang tenggelam dalam paganisme, kedurhakaan, segala bentuk dosa dan terbenam dalam sumur kejahatan. Memang benar bahwa Kitab Injil ada menyatakan kalau umat Yahudi telah menyimpang, tetapi tidak ada menyebut bahwa seluruh dunia sudah membusuk dan mati karena dipenuhi dengan paganisme dan perbuatan dosa. Nabi Isa a.s. pun tidak ada memberi¬kan pengakuan bahwa beliau adalah Rasul bagi seluruh dunia. Beliau hanya berbicara kepada umat Yahudi yang merupakan bangsa yang kecil jumlahnya dan tinggal di desa-desa dalam jarak pandang Nabi Isa a.s. Adapun Al-Qur’an mengemukakan mengenai kematian seluruh dunia dan menguraikan kondisi buruk dari semua bangsa. Umat Yahudi memang keturunan dari Nabi-nabi dan menyatakan beriman kepada Kitab Taurat tetapi perilaku mereka tidak sejalan dengan Kitab tersebut, bahkan ketika di masa Nabi Suci s.a.w. aqidah mereka pun sudah melenceng jauh. Ribuan manusia lalu menjadi atheis dan ribuan lagi yang menyangkal adanya wahyu, sedangkan segala macam perilaku dosa menjadi marak di muka bumi. Nabi Isa a.s. ada menyatakan perilaku jahat umat Yahudi yang merupakan bangsa yang jumlahnya kecil dengan tujuan memberitahukan bahwa umat Yahudi saat itu sedang membutuhkan seorang Pembaharu. Namun argumentasi yang kami ajukan berkaitan dengan Hadzrat Rasulullah s.a.w. ialah beliau itu datang di saat dunia dalam keadaan rusak dan dipanggil kembali setelah menegakkan pembaharuan secara sempurna. Kedua aspek ini dikemukakan secara jelas dalam Al-Qur’an guna menarik perhatian manusia mengenai hal tersebut, dan yang pasti hal seperti ini tidak ada ditemukan dalam Kitab Injil atau pun Kitab-kitab lainnya.Argumentasi tersebut dikemukakan sendiri oleh Al-Qur’an dan Kitab ini menyatakan bahwa kebenaran dirinya dikuatkan oleh kedua aspek tadi. Kitab ini muncul ketika perilaku manusia telah menyimpang dan aqidah-aqidah palsu telah merebak ke seluruh muka bumi sehingga dunia jadi melenceng jauh dari kebenaran dan realitas Ketauhidan Ilahi. Penegasan Al-Qur’an tentang hal ini diteguhkan oleh hasil studi komparative sejarah. Ada banyak bukti-bukti berupa pengakuan orang-orang yang menyatakan bahwa masa itu begitu penuh dengan kegelapan dimana setiap orang cenderung menyembah makhluk lainnya sehingga ketika Al-Qur’an menuduh mereka telah durhaka dan berdosa, tidak ada satu pun yang bisa membuktikan kebersihan dirinya. Perhatikanlah betapa tegasnya Allah yang Maha Perkasa berbicara tentang kejahatan para ahli Kitab serta tentang kematian seluruh dunia.Dinyatakan dalam ayat:“Bahwa mereka hendaknya tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi Kitab sebelum mereka, melainkan karena masa penganugrahan karunia Allah kepada mereka diperpanjang bagi mereka, hati mereka menjadi keras dan kebanyakan mereka menjadi durhaka. Ketahuilah bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kepadamu supaya kamu dapat mengerti”. (S.57 Al-Hadid:17-18).Ayat ini mengandung arti bahwa para muminin diingatkan agar jangan berperilaku seperti para ahli Kitab yang telah memperoleh Kitab-kitab Ilahi sebelum mereka tetapi karena lamanya perjalanan waktu lalu hati mereka menjadi keras dan sebagian besar dari mereka lalu mendurhaka dan menjadi jahat. Mereka diingatkan bahwa dunia sudah mati dan sekarang akan dihidupkan kembali. Inilah tanda-tanda tentang perlunya Al-Qur’an serta kebenarannya agar kalian mau mengerti.Sekarang kalian tentunya menyadari bahwa kami tidak ada mengajukan argumentasi ini dari hasil pikiran kami sendiri, melainkan Al-Qur’an sendirilah yang mengemukakannya dimana setelah mengajukan kedua aspek dari argumentasi lalu menyatakan kalau semua itu merupakan tanda-tanda yang mendukung kebenaran Nabi Suci s.a.w. dan Kitab Al-Qur’an itu sendiri dengan tujuan agar kalian menyadari dan menemukan realitasnya.Bagian kedua dari argumentasi tadi bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. akan dipanggil pulang dari dunia kembali kepada Tuhan beliau pada saat beliau telah selesai melaksanakan tugas, juga dinyatakan secara tegas dalam Kitab Al-Qur’an pada ayat:“Hari ini telah Kusempurnakan agamamu bagi manfaatmu dan telah Kulengkapkan nikmat-Ku atasmu dan telah Kusukai bagimu Islam sebagai agama”. (S.5 Al-Maidah:4)yang mengandung arti bahwa dengan diwahyukannya Al-Qur’an dan telah direformasinya umat manusia maka keimananmu telah sempurna serta karunia Ilahi telah disempurnakan bagimu dan Tuhan telah memilih Islam sebagai agamamu. Ayat ini merupakan indikasi kalau pewahyuan Al-Qur’an sudah selesai dan Kitab ini telah membawa perubahan yang luar biasa dalam hati manusia dengan kesempurnaan petunjuk dan bahwa karunia Ilahi telah disempurnakan bagi umat Islam.Inilah kedua aspek yang menjadi tujuan dari diutusnya seorang Rasul. Ayat tersebut menegaskan bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. tidak akan meninggalkan hidup ini sampai Islam telah disempurnakan melalui diwahyukannya Al-Qur’an serta pemberian petunjuk yang patut bagi umat Islam. Semua itu merupakan tanda Ilahi yang tidak akan diberikan kepada seorang Nabi palsu. Sesungguh¬nya sebelum Nabi Suci s.a.w. tidak ada Nabi lain yang berhasil memper¬lihatkan bahwa Kitab yang dibawanya telah selesai dengan sempurna dan umatnya telah memperoleh petunjuk yang lengkap serta musuh-musuhnya telah dikalahkan sebagaimana Islam yang unggul di segala penjuru.Di tempat lain dinyatakan:“Apabila tiba pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat orang-orang masuk ke dalam agama Allah dengan berduyun-duyun, maka sanjunglah kesucian Tuhan engkau dengan puji-pujian-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia berulang-ulang kembali dengan rahmat-Nya”. (S.110 An-Nashr:2-4).Berarti bahwa pertolongan dan kemenangan yang telah dijanjikan telah datang dan engkau telah melihat, wahai Rasul, bahwa manusia berduyun-duyun masuk ke dalam Islam, maka agungkan dan pujilah Tuhan karena sebenarnya apa yang telah terjadi itu bukanlah hasil kerjamu sendiri melainkan berkat rahmat dan karunia Allah s.w.t. Karena itu sembahlah Allah dan beristighfar karena Dia selalu kembali bersama rahmat-Nya. Jika para Nabi diperintahkan untuk beristighfar, tidaklah berarti bahwa mereka memohon pengampunan sebagaimana laiknya orang yang berdosa. Pada keadaan para Nabi tersebut, beristighfar merupakan pengakuan dari ketiadaan arti diri, kerendahan hati, kelemahan dan cara terhormat untuk memohon pertolongan. Sebagaimana ayat-ayat itu menegaskan bahwa tujuan dari kedatangan Hadzrat Rasulullah s.a.w. telah terpenuhi dimana beribu-ribu orang telah memeluk Islam, tetapi juga merupakan indikasi telah dekatnya waktu wafat beliau (beliau wafat dalam waktu satu tahun setelah diterimanya wahyu ini), maka wajar kalau wahyu ini telah memberikan kegembiraan kepada Nabi Suci s.a.w. tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana masa depan pengairan dari taman yang telah ditanaminya. Karena itu Allah yang Maha Agung untuk mencairkan kekhawatiran tersebut telah menyuruh Hadzrat Rasulullah s.a.w. agar beliau beristighfar. Pengertian dari “maghfirat”. adalah menyelimuti seseorang agar selamat dari segala bencana. Arti kata “mighfar”. adalah ketopong atau helm. Istighfar dengan demikian berarti agar bencana yang ditakuti atau dosa yang diperkirakan, akan ditutupi dan dicegah sebelum mewujud. Dalam keadaan ini kata itu ditujukan untuk memberikan ketenteraman hati kepada Nabi Suci s.a.w. agar beliau tidak perlu berduka atas kelangsungan agama Islam karena Allah s.w.t. tidak akan membiarkannya hancur serta akan selalu kembali dengan rahmat-Nya dan akan menahan segala kerugian yang ditimbulkan oleh adanya kelemahan manusia. (Noorul Qur’an, no. 1, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 9, hal. 333-356, London, 1984).* * *Sudah menjadi bukti yang nyata akan kebenaran Kenabian dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. dan kesahihan dari Kitab Suci Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Nabi Suci s.a.w. diutus ketika dunia ini sedang sangat membutuhkan seorang Pembaharu Akbar dan bahwa beliau tidak wafat dan tidak juga terbunuh sampai telah selesai menegakkan kebenaran di bumi. Ketika beliau muncul sebagai seorang Nabi, beliau langsung menunjukkan kalau memang wujudnya amat diharap¬kan oleh dunia dan beliau langsung menegur umat manusia yang telah tenggelam dalam paganisme, kefasikan dan perbuatan dosa. Dalam Kitab Suci Al-Qur’an banyak ditemui peringatan demikian seperti:“Maha beberkat Dia yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hamba-Nya supaya ia menjadi pemberi peringatan bagi sekalian alam”. (S.25 Al-Furqan:2)yang merupakan peringatan bagi umat manusia yang telah rusak aqidahnya dan telah melenceng jauh cara hidupnya. Ayat ini menjadi bukti dari pernyataan Al-Qur’an bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. muncul ketika seluruh dunia dan semua umat manusia telah rusak akhlaknya, dimana mereka yang semula melawan akhirnya menerima pernyataan beliau, tidak dengan berdiam diri tetapi dengan pengakuan melalui baiat. Dari sini jelas kalau Nabi Suci s.a.w. datang ketika saatnya memang sudah harus muncul seorang Nabi yang sempurna dan benar.Kalau kita lalu mentelaah kapan saatnya beliau dipanggil pulang, Al-Qur’an secara eksplisit menjelaskan bahwa kepulangan beliau adalah setelah selesai menuntaskan tugasnya. Beliau dipanggil pulang oleh Allah s.w.t. setelah turunnya ayat yang menyatakan bahwa aqidah pendidikan bagi umat Islam telah sempurna dan semua wahyu yang berkaitan dengan itu telah diturunkan. Tidak hanya itu, juga dinyatakan bahwa pertolongan Allah s.w.t. sudah digenapkan dan beribu manusia telah menganut Islam. Juga diwahyukan bahwa hati mereka telah dipenuhi dengan keimanan dan ketakwaan sehingga mereka menjauhi kedurhakaan dan dosa. Akhlak mereka telah mengalami perubahan luar biasa yang mempengaruhi perilaku dan jiwa mereka. Kemudian dikemukakan dalam surah An-Nashr bahwa tujuan dari Kenabian beliau telah terpenuhi dan Islam telah mencapai kemenangan di hati manusia. Hadzrat Rasulullah s.a.w. menyatakan bahwa surah ini mengindikasikan kewafatan beliau. Beliau kemudian melaksanakan ibadah Haji dan menyebut¬nya sebagai Haji Wada (perpisahan) dimana beliau menyampaikan khutbah panjang dari punggung seekor unta. Beliau meminta kesaksian mereka yang hadir bahwa beliau telah menyampaikan keseluruhan firman Tuhan yang ditugaskan kepada beliau untuk disampaikan kepada mereka. Setiap dari mereka yang hadir menyatakan dengan suara lantang bahwa benar beliau telah menyampaikan kepada mereka. Hadzrat Rasulullah s.a.w. kemudian menunjuk ke langit dan mengatakan: “Engkau menjadi saksi, ya Allah.”. Beliau kemudian mengingatkan mereka secara panjang lebar karena beliau tidak akan ada lagi bersama mereka pada tahun yang akan datang. Beliau kemudian kembali ke kota Medinah dan wafat pada tahun berikutnya. Turunkanlah berkat dan salam Engkau, ya Allah, atas diri beliau. Semua indikasi ini ada dikemukakan dalam Al-Qur’an dan dibenarkan oleh sejarah agama Islam.Adakah dari antara penganut agama Kristen, Yahudi atau Arya yang bisa menunjukkan bukti-bukti bahwa Pembaharu mereka masing-masing memang datang pada saat dibutuhkan, dan pulang kembali ke Tuhan-nya setelah tugas mereka selesai, disamping para lawannya mau mengakui kekeliruan cara hidup serta ketidak-salehan mereka? Aku merasa yakin sekali bahwa tidak ada satu pun umat lain dari luar agama Islam yang akan mampu memberikan bukti demikian. Yang diketahui pasti, Nabi Musa a.s. diutus untuk kehancuran Firaun dan menyelamat¬kan umat beliau dari penindasan serta membimbing mereka ke arah yang benar. Adalah benar bahwa beliau memang berhasil menyelamatkan umatnya dari penindasan Firaun namun tidak mampu menyelamatkan mereka dari godaan Syaitan, dan beliau juga tidak berhasil membawa mereka ke tanah yang dijanjikan. Keturunan Bani Israil ternyata tidak bisa memurnikan batin mereka di tangan beliau dan mereka berulangkali melakukan kedurhakaan sampai kemudian Nabi Musa a.s. wafat ketika mereka masih dalam keadaan demikian. Sepanjang menyangkut pengikut Nabi Isa a.s. cukuplah Kitab Injil menjadi saksi atas kondisi mereka, tidak perlu lagi penjelasan tambahan. Bukanlah suatu hal yang tertutup adanya kenyataan bahwa betapa sedikitnya umat Yahudi yang menerima Nabi Isa a.s. padahal beliau sengaja diutus kepada mereka. Jika harkat Kenabian Nabi Isa dinilai dari tolok ukur jumlah pengikut maka Kenabian beliau tidak akan memenuhi syarat. (Noorul Qur’an, no. 1, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 9, hal. 358-369, London, 1984).* * *Hadzrat Rasulullah s.a.w. dibangkitkan ketika seluruh dunia sedang tenggelam dalam paganisme, kedurhakaan dan penyembahan makhluk, dimana semua orang telah meninggalkan aqidah yang murni dan melupakan jalan yang lurus. Penyembahan berhala berkembang luas di tanah Arab, adapun bangsa Parsi menyembah api, sedangkan di India disamping penyembahan berhala ditambah lagi dengan penyembahan berbagai macam makhluk lainnya. Banyak sudah buku ditulis mengenai hal ini dimana berpuluh-puluh manusia yang telah dipertuhan sebagai bagian dari penyembahan Avatar16.Berdasarkan pendapat dari Pendeta Mr. Bourt17 dan beberapa penulis Inggris lainnya, tidak ada agama yang demikian rancunya sebagaimana agama Kristen dimana agama ini sudah jatuh kredibilitasnya akibat penyelewengan dan aqidah salah para ulama atau pendetanya. Dalam aqidah Kristen tidak hanya satu atau dua orang saja yang dipertuhan tetapi juga beberapa benda lainnya.Kedatangan Nabi Suci s.a.w. pada saat kegelapan demikian dimana situasi menuntut munculnya seorang Pembaharu agung guna memberikan petunjuk Ilahi yang akan mencerahkan dunia dengan Ketauhidan Ilahi serta menghapus paganisme dan penyembahan makhluk yang merupakan induk dari segala kemudharatan, merupakan bukti yang jelas bahwa beliau adalah Rasul Allah yang benar dan jauh mengungguli Rasul-rasul lainnya. Kebenaran beliau ditegaskan oleh kenyataan bahwa dalam zaman jahiliah demikian, norma hukum alam dan kebiasaan Allah s.w.t. mengharuskan adanya seorang Pembimbing yang sempurna.Sudah menjadi norma abadi dari Tuhan semesta alam bahwa ketika penderitaan dunia telah mencapai puncaknya, rahmat Ilahi akan turun untuk menanggulanginya. Ketika bumi dilanda kekeringan berkepanjangan yang mengancam kelanjutan kehidupan manusia, maka Allah yang Maha Pengasih akan menurunkan hujan.Saat beratus dan beribu-ribu manusia telah mati karena suatu wabah, maka akan turun pertolongan berupa udara atau iklim yang kemudian dibersihkan oleh unsur-unsur alam atau ditemukannya suatu jenis pengobatan baru. Ketika suatu bangsa terperangkap dalam penindasan tirani, akan muncul seorang penguasa yang adil dan pengasih. Begitu pula saat manusia melupakan jalan Allah dan meninggalkan Ketauhidan dan penyembahan Wujud-Nya, maka Allah yang Maha Luhur akan mengaruniakan wawasan sempurna kepada salah seorang hamba-Nya dimana setelah memberkati yang bersangkutan dengan firman-Nya, lalu mengutusnya untuk membimbing manusia agar ia memperbaiki kebusukan yang telah merasuk. Sang Maha Pengasih yang memelihara serta mendukung eksistensi dunia ini tidak akan menahan atau membatalkan sifat Rahmat-Nya.Setiap sifat-sifat Wujud-Nya akan memanifestasikan dirinya pada saatnya yang tepat. Logika sehat telah membuktikan bahwa untuk mengatasi setiap bentuk bencana maka sifat Allah s.w.t. yang relevan akan mewujud pada saat itu. Sejarah telah membuktikan dan juga dibenarkan oleh para penentang serta dipertegas oleh Al-Qur’an bahwa pada saat diutusnya Hadzrat Rasulullah s.a.w. memang benar bencana telah mencapai puncaknya karena manusia di seluruh dunia telah meninggalkan jalan Ketauhidan dan ketulusan. Adapun mengenai ibadah kepada Tuhan, semua orang mengakui bahwa hanya Hadzrat Rasulullah s.a.w. saja yang telah memperbaiki kerusakan akhlak dan menyelamatkan dunia dari kegelapan paganisme dan penyembahan makhluk, lalu menegakkan Ketauhidan Ilahi sehingga tidak bisa diragukan lagi bahwa beliau itu seorang Pembimbing yang benar dari Allah yang Maha Kuasa. Argumentasi ini dikemukakan Al-Qur’an dalam ayat:“Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengirimkan rasul-rasul kepada semua umat yang sebelum engkau tetapi syaitan menampakkan perbuatan mereka indah bagi mereka. Maka ia menjadi pemimpin bagi mereka pada hari itu dan bagi merekalah azab yang pedih. Dan Kami tidak menurunkan kepada engkau kitab ini kecuali supaya engkau dapat menjelaskan kepada mereka mengenai apa yang mereka telah menimbulkan perselisihan-perselisihan dan supaya menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Allah telah menurunkan air dari langit, lalu Dia menghidupkan dengan itu bumi setelah matinya. Sesungguhnya dalam yang demikian itu ada tanda bagi kaum yang mau mendengarkan kebenaran”. (S.16 An-Nahl:64-66).Kami ingin mengingatkan kembali bahwa tiga unsur yang telah kami kemukakan yang menghasilkan kesimpulan bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah seorang Pembimbing yang benar, ada dikemukakan secara indah dalam ayat di atas. Pertama adalah tentang kalbu manusia yang telah menyimpang dan terperangkap dalam kekeliruan selama berabad-abad, ditamsilkan sebagai tanah yang kering dan mati sedangkan firman Tuhan ditamsilkan sebagai hujan yang turun dari langit, karena memang merupakan kaidah abadi bahwa rahmat Ilahi akan selalu menyelamatkan umat manusia dari kehancuran. Kaidah ini tidak terbatas kepada air hujan phisik saja tetapi juga hujan ruhani yang akan turun pada masa kesulitan yaitu ketika kefasikan telah merata. Dalam keadaan demikian rahmat Tuhan pasti akan berfungsi untuk mengatasi bencana yang mempengaruhi kalbu manusia. Ayat ini lalu menunjuk kepada unsur kedua yaitu bahwa seluruh dunia telah rusak sebelum kedatangan Nabi Suci s.a.w. Unsur ketiga merujuk kepada kenyataan bahwa mereka yang mati ruhaninya telah dihidupkan kembali oleh firman Tuhan.Kesimpulan yang bisa ditarik dari sini ialah bahwa semua itu merupakan tanda kebenaran Kitab Suci Al-Qur’an dimana para pencari kebenaran digiring untuk menyimpulkan bahwa Kitab Suci Al-Qur’an memang benar dari Allah s.w.t. Karena argumentasi ini juga menegakkan kebenaran dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. maka disimpulkan juga bahwa beliau itu memang kenyataannya mengungguli semua Nabi-nabi lainnya karena Nabi Suci s.a.w. harus menangani seluruh dunia dimana tugas yang beliau emban sebenarnya setimpal dengan karya dari seribu atau dua ribu Nabi-nabi lainnya. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 112-116, London, 1984).* * *Zaman pada saat kedatangan Hadzrat Rasulullah s.a.w. memang membutuhkan seorang Pembaharu Samawi yang akbar yang membawa petunjuk Ilahi dimana ajaran yang beliau bawa nyatanya adalah hal yang benar dan amat dibutuhkan serta mencakup segala hal yang diperlukan manusia. Ajaran beliau demikian efektif sehingga berhasil menarik ratusan ribu hati manusia kepada kebenaran dan menanamkan dalam pikiran mereka bahwa tidak ada yang patut disembah selain Allah s.w.t.لااله الله محمد رسو ل اللهBeliau telah menyempurnakan tujuan paripurna dari Kenabian yaitu beliau telah mengajarkan prinsip-prinsip keselamatan ruhani sedemikian sempurna sehingga tidak ada ajaran Nabi-nabi lain yang bisa menimbalinya. Semua kenyataan tersebut mendorong orang untuk yakin bersaksi bahwa sesungguhnya Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah seorang pembimbing yang benar dari Allah s.w.t.Tidak ada keselamatan bagi seseorang yang karena kefanatikan dan kedegilannya lalu menyangkal semua tanda-tanda kebenaran dan ketakwaan yang mewujud begitu sempurna dalam diri Hadzrat Rasulullah s.a.w. yang tidak akan ditemui pada Nabi-nabi lainnya. Orang-orang seperti itu bahkan akan menyangkal keberadaan Tuhan, jika pun misalnya hanya untuk menyangkal kebenaran dan ketakwaan Hadzrat Rasulullah s.a.w. Biarlah mereka yang berani menyangkal, maju ke muka dan memperlihatkannya kepada kami.(Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 112-114, London, 1984).* * *Nabi kita Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah seorang Pembaharu akbar dalam penyampaian kebenaran dan telah mengembalikan kebenaran yang selama itu hilang kepada dunia. Tidak ada Nabi lain yang bisa menimpali keberhasilan beliau dalam mencerahkan dunia yang semula gelap gulita menjadi terang benderang akibat kehadiran beliau. Beliau tidak wafat sebelum bangsa kepada siapa beliau turun, telah menanggalkan jubah paganisme mereka dan mengenakan jubah Ketauhidan Ilahi. Tidak itu saja, nyatanya mereka telah berhasil mencapai tingkat keruhanian yang tinggi serta juga berlaku takwa dan saleh yang tidak ada padanannya di bagian lain dunia. Keberhasilan demikian belum pernah dicapai Nabi lainnya selain beliau. Adalah suatu kenyataan bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. dibangkitkan di masa saat dunia tenggelam dalam kegelapan yang membutuhkan seorang Pembaharu akbar. Beliau meninggalkan dunia ini di saat ketika ratusan ribu orang telah meninggalkan paganisme dan penyembahan berhala serta beralih kepada jalan yang lurus dan Ketauhidan Ilahi. Pembaharuan yang demikian sempurna itu adalah hasil karya beliau yang telah mengajar mereka yang tadinya berada di tingkatan hewaniah menjadi manusia seutuhnya. Dengan kata lain, beliau itu telah merubah binatang-binatang liar menjadi manusia untuk kemudian menjadi¬kan mereka sebagai manusia terdidik, lalu merubah mereka menjadi hamba-hamba Allah serta meniupkan keruhanian ke dalam diri mereka guna menciptakan hubungan antara mereka dengan Tuhan yang Maha Benar. Mereka ada yang dijagal di jalan Allah seperti domba dan diinjak-injak di bawah kaki seperti semut, namun tidak ada dari mereka yang menanggalkan keimanannya dan siap maju terus menghadapi aral rintangan.Tidak diragukan bahwa Nabi Suci s.a.w. adalah Adam yang kedua, bahkan Adam yang sesungguhnya di bidang penegakan keruhanian melalui mana nilai-nilai luhur manusia mencapai kesempurnaannya dimana semua kemampuan manusia diarahkan pada fungsi yang sepatutnya dan tidak ada fitrat manusia yang tersisa tidak terbina. Kenabian berakhir dengan beliau tidak saja karena beliau adalah Nabi terakhir dalam skala waktu, tetapi juga karena semua kesempurnaan Kenabian telah mencapai puncaknya pada wujud beliau. Mengingat beliau itu adalah manifestasi sempurna dari sifat-sifat Ilahi maka norma-norma beliau memiliki sifat keagungan dan keindahan. Karena itu beliau disebut sebagai Muhammad dan juga Ahmad, serta tidak ada kekikiran dalam Kenabian beliau karena merupakan kemaslahatan bagi seluruh dunia.(Khutbah Sialkot berjudul “Islam,”. Sialkot, Mufid Aam Press, 1904; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 20, hal. 206-207, London, 1984).di 18:26 Argumentasi pertama yang dikemukakan Al-Qur’an agar manusia mau menerimanya sebagai Kitab yang benar dan Rasul-Nya sebagai Rasul yang benar serta untuk membuktikan bahwa ia memang berasal dari Allah yang Maha Kuasa, ialah Kitab dan Rasul itu sepatutnya muncul pada saat dunia sedang dilanda kegelapan dimana manusia sudah menjadi penyembah berhala sebagai pengganti Ketauhidan Ilahi, mengikuti jalan kejahatan sebagai pengganti kesucian, tenggelam dalam keangkaraan dan meninggalkan keadilan, telah menjadi demikian bodoh sehingga karenanya amat membutuh¬kan seorang Pembaharu dalam diri seorang Rasul.
Kemudian Rasul tersebut akan meninggalkan dunia ini ketika ia telah menyelesaikan seluruh tugas pembaharuannya dengan cara yang indah dan terpelihara dari segala musuhnya ketika ia sedang melaksanakan tugasnya. Ia itu sewajarnya muncul sebagai seorang pelayan dan berangkat di bawah perintah majikannya. Singkat kata, sewajarnya ia akan muncul di saat ketika manusia membutuhkan seorang Pembaharu samawi dan membutuhkan bimbingan sebuah Kitab, untuk kemudian dipanggil pulang berdasarkan wahyu yang diturunkan setelah ia selesai menanam pohon pembaharuan yang tertanam teguh dan telah muncul revolusi akbar dalam keruhanian manusia.Kami dengan bangga hati menyatakan bahwa kecemerlangan yang menegakkan argumentasi ini yang mendukung kebenaran Al-Qur’an dan penghulu kita Nabi Suci s.a.w. nyatanya tidak ada terdapat pada Nabi-nabi lain atau pun Kitab-kitab lain. Pengakuan dari Nabi Suci s.a.w. adalah bahwa beliau diutus kepada seluruh umat manusia dan karena itu Al-Qur’an menyalahkan secara keseluruhan manusia yang terlibat dalam paganisme, kejahatan dan kefasikan sebagaimana ayat:“Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan apa yang telah diusahakan oleh tangan manusia”. (S.30 Ar-Rum:42)untuk kemudian mengemukakan:“Maha beberkat Dia yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hamba-Nya supaya ia menjadi pemberi peringatan bagi sekalian alam”. (S.25 Al-Furqan:2).Dengan kata lain, ditugaskan kepada Nabi Suci s.a.w. untuk mengingatkan umat manusia bahwa karena kelakuan mereka serta aqidah yang salah, mereka itu dianggap sebagai sangat berdosa dalam pandangan Allah yang Maha Kuasa.Kata “Pemberi peringatan”. dalam ayat ini berkaitan dengan seluruh umat manusia dan jika dikatakan bahwa peringatan ini bagi para pendosa dan pelaku kejahatan, maka berarti Al-Qur’an menyatakan kalau seluruh dunia ini telah menjadi busuk dimana setiap orang telah meninggalkan jalan kebenaran dan amal saleh. Yang namanya peringatan dengan sendirinya hanya ditujukan kepada mereka yang fasik dan bukan kepada mereka yang berperilaku baik. Semuanya memahami bahwa yang diberi peringatan adalah mereka yang jahat dan tidak beriman, karena demikian itulah cara Allah s.w.t. mengutus Nabi untuk membawa kabar suka bagi umat yang saleh dan sebagai “Pemberi peringatan”. kepada mereka yang jahat. Jika dikatakan bahwa seorang Nabi ditugaskan sebagai “Pemberi peringatan”. bagi seluruh dunia maka patut disadari kalau berdasarkan wahyu yang diturunkan kepada Nabi tersebut bahwa seluruh dunia telah terlibat dalam tindakan yang menyimpang dari kebenaran. Pernyataan seperti ini tidak terdapat dalam Kitab Taurat berkenaan dengan Nabi Musa a.s. dan tidak juga dalam Kitab Injil berkenaan dengan Nabi Isa a.s. dan hanya bisa ditemukan di dalam Al-Qur’an saja.Ketika difirmankan:“Kamu dahulu telah berada di pinggir lubang api”. (S.3 Ali Imran:104),yang dimaksud adalah sebelum kedatangan Nabi Suci s.a.w. umat manusia telah berada di tubir neraka.Umat Yahudi dan Kristiani diingatkan bahwa mereka telah menyelewengkan Kitab-kitab Allah dan telah membawa manusia kepada segala rupa kejahatan dan perilaku salah. Adapun para penyembah berhala diingatkan bahwa mereka telah menjadi penyembah bebatuan, manusia, bintang-bintang serta unsur-unsur alam sehingga mereka melupakan sang Maha Pencipta yang Sejati. Begitu juga dengan mereka yang memakan harta anak yatim, membunuh anak-anak serta mencurangi serikat usahanya sendiri dan melakukan pelanggaran melampaui batas dalam segala hal. Difirmankan bahwa:“Ketahuilah bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya”. (S.57 Al-Hadid:18)mengandung arti bahwa seluruh dunia ini sudah mati dan sekarang akan dihidupkan kembali oleh Allah s.w.t.Singkat kata, Kitab Suci Al-Qur’an menyatakan bahwa seluruh dunia sudah berperilaku salah, manusia sudah menjadi penyembah berhala, umat Yahudi dan Kristiani menjadi akar dari segala keburukan dan berbagai macam dosa. Al-Qur’an memberikan gambaran kerusakan dunia yang padanannya tidak ada pada masa lain kecuali hanya pada masa Nabi Nuh a.s. Kami hanya mengutip beberapa ayat saja dan mengharapkan para pembaca sudi kiranya mempelajari sendiri Al-Qur’an secara tekun guna menemukan bagaimana Al-Qur’an ini telah menyatakan secara tegas bahwa seluruh dunia saat itu sudah dalam keadaan busuk dan mati serta manusia sudah berada di tubir neraka. Kitab ini mengingatkan Nabi Suci s.a.w. untuk memberi peringatan kepada seluruh dunia bahwa mereka itu berada dalam keadaan yang gawat.Telaah atas Kitab Suci Al-Qur’an mengungkapkan bahwa seluruh dunia sedang tenggelam dalam paganisme, kedurhakaan, segala bentuk dosa dan terbenam dalam sumur kejahatan. Memang benar bahwa Kitab Injil ada menyatakan kalau umat Yahudi telah menyimpang, tetapi tidak ada menyebut bahwa seluruh dunia sudah membusuk dan mati karena dipenuhi dengan paganisme dan perbuatan dosa. Nabi Isa a.s. pun tidak ada memberi¬kan pengakuan bahwa beliau adalah Rasul bagi seluruh dunia. Beliau hanya berbicara kepada umat Yahudi yang merupakan bangsa yang kecil jumlahnya dan tinggal di desa-desa dalam jarak pandang Nabi Isa a.s. Adapun Al-Qur’an mengemukakan mengenai kematian seluruh dunia dan menguraikan kondisi buruk dari semua bangsa. Umat Yahudi memang keturunan dari Nabi-nabi dan menyatakan beriman kepada Kitab Taurat tetapi perilaku mereka tidak sejalan dengan Kitab tersebut, bahkan ketika di masa Nabi Suci s.a.w. aqidah mereka pun sudah melenceng jauh. Ribuan manusia lalu menjadi atheis dan ribuan lagi yang menyangkal adanya wahyu, sedangkan segala macam perilaku dosa menjadi marak di muka bumi. Nabi Isa a.s. ada menyatakan perilaku jahat umat Yahudi yang merupakan bangsa yang jumlahnya kecil dengan tujuan memberitahukan bahwa umat Yahudi saat itu sedang membutuhkan seorang Pembaharu. Namun argumentasi yang kami ajukan berkaitan dengan Hadzrat Rasulullah s.a.w. ialah beliau itu datang di saat dunia dalam keadaan rusak dan dipanggil kembali setelah menegakkan pembaharuan secara sempurna. Kedua aspek ini dikemukakan secara jelas dalam Al-Qur’an guna menarik perhatian manusia mengenai hal tersebut, dan yang pasti hal seperti ini tidak ada ditemukan dalam Kitab Injil atau pun Kitab-kitab lainnya.Argumentasi tersebut dikemukakan sendiri oleh Al-Qur’an dan Kitab ini menyatakan bahwa kebenaran dirinya dikuatkan oleh kedua aspek tadi. Kitab ini muncul ketika perilaku manusia telah menyimpang dan aqidah-aqidah palsu telah merebak ke seluruh muka bumi sehingga dunia jadi melenceng jauh dari kebenaran dan realitas Ketauhidan Ilahi. Penegasan Al-Qur’an tentang hal ini diteguhkan oleh hasil studi komparative sejarah. Ada banyak bukti-bukti berupa pengakuan orang-orang yang menyatakan bahwa masa itu begitu penuh dengan kegelapan dimana setiap orang cenderung menyembah makhluk lainnya sehingga ketika Al-Qur’an menuduh mereka telah durhaka dan berdosa, tidak ada satu pun yang bisa membuktikan kebersihan dirinya. Perhatikanlah betapa tegasnya Allah yang Maha Perkasa berbicara tentang kejahatan para ahli Kitab serta tentang kematian seluruh dunia.Dinyatakan dalam ayat:“Bahwa mereka hendaknya tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi Kitab sebelum mereka, melainkan karena masa penganugrahan karunia Allah kepada mereka diperpanjang bagi mereka, hati mereka menjadi keras dan kebanyakan mereka menjadi durhaka. Ketahuilah bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kepadamu supaya kamu dapat mengerti”. (S.57 Al-Hadid:17-18).Ayat ini mengandung arti bahwa para muminin diingatkan agar jangan berperilaku seperti para ahli Kitab yang telah memperoleh Kitab-kitab Ilahi sebelum mereka tetapi karena lamanya perjalanan waktu lalu hati mereka menjadi keras dan sebagian besar dari mereka lalu mendurhaka dan menjadi jahat. Mereka diingatkan bahwa dunia sudah mati dan sekarang akan dihidupkan kembali. Inilah tanda-tanda tentang perlunya Al-Qur’an serta kebenarannya agar kalian mau mengerti.Sekarang kalian tentunya menyadari bahwa kami tidak ada mengajukan argumentasi ini dari hasil pikiran kami sendiri, melainkan Al-Qur’an sendirilah yang mengemukakannya dimana setelah mengajukan kedua aspek dari argumentasi lalu menyatakan kalau semua itu merupakan tanda-tanda yang mendukung kebenaran Nabi Suci s.a.w. dan Kitab Al-Qur’an itu sendiri dengan tujuan agar kalian menyadari dan menemukan realitasnya.Bagian kedua dari argumentasi tadi bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. akan dipanggil pulang dari dunia kembali kepada Tuhan beliau pada saat beliau telah selesai melaksanakan tugas, juga dinyatakan secara tegas dalam Kitab Al-Qur’an pada ayat:“Hari ini telah Kusempurnakan agamamu bagi manfaatmu dan telah Kulengkapkan nikmat-Ku atasmu dan telah Kusukai bagimu Islam sebagai agama”. (S.5 Al-Maidah:4)yang mengandung arti bahwa dengan diwahyukannya Al-Qur’an dan telah direformasinya umat manusia maka keimananmu telah sempurna serta karunia Ilahi telah disempurnakan bagimu dan Tuhan telah memilih Islam sebagai agamamu. Ayat ini merupakan indikasi kalau pewahyuan Al-Qur’an sudah selesai dan Kitab ini telah membawa perubahan yang luar biasa dalam hati manusia dengan kesempurnaan petunjuk dan bahwa karunia Ilahi telah disempurnakan bagi umat Islam.Inilah kedua aspek yang menjadi tujuan dari diutusnya seorang Rasul. Ayat tersebut menegaskan bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. tidak akan meninggalkan hidup ini sampai Islam telah disempurnakan melalui diwahyukannya Al-Qur’an serta pemberian petunjuk yang patut bagi umat Islam. Semua itu merupakan tanda Ilahi yang tidak akan diberikan kepada seorang Nabi palsu. Sesungguh¬nya sebelum Nabi Suci s.a.w. tidak ada Nabi lain yang berhasil memper¬lihatkan bahwa Kitab yang dibawanya telah selesai dengan sempurna dan umatnya telah memperoleh petunjuk yang lengkap serta musuh-musuhnya telah dikalahkan sebagaimana Islam yang unggul di segala penjuru.Di tempat lain dinyatakan:“Apabila tiba pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat orang-orang masuk ke dalam agama Allah dengan berduyun-duyun, maka sanjunglah kesucian Tuhan engkau dengan puji-pujian-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia berulang-ulang kembali dengan rahmat-Nya”. (S.110 An-Nashr:2-4).Berarti bahwa pertolongan dan kemenangan yang telah dijanjikan telah datang dan engkau telah melihat, wahai Rasul, bahwa manusia berduyun-duyun masuk ke dalam Islam, maka agungkan dan pujilah Tuhan karena sebenarnya apa yang telah terjadi itu bukanlah hasil kerjamu sendiri melainkan berkat rahmat dan karunia Allah s.w.t. Karena itu sembahlah Allah dan beristighfar karena Dia selalu kembali bersama rahmat-Nya. Jika para Nabi diperintahkan untuk beristighfar, tidaklah berarti bahwa mereka memohon pengampunan sebagaimana laiknya orang yang berdosa. Pada keadaan para Nabi tersebut, beristighfar merupakan pengakuan dari ketiadaan arti diri, kerendahan hati, kelemahan dan cara terhormat untuk memohon pertolongan. Sebagaimana ayat-ayat itu menegaskan bahwa tujuan dari kedatangan Hadzrat Rasulullah s.a.w. telah terpenuhi dimana beribu-ribu orang telah memeluk Islam, tetapi juga merupakan indikasi telah dekatnya waktu wafat beliau (beliau wafat dalam waktu satu tahun setelah diterimanya wahyu ini), maka wajar kalau wahyu ini telah memberikan kegembiraan kepada Nabi Suci s.a.w. tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana masa depan pengairan dari taman yang telah ditanaminya. Karena itu Allah yang Maha Agung untuk mencairkan kekhawatiran tersebut telah menyuruh Hadzrat Rasulullah s.a.w. agar beliau beristighfar. Pengertian dari “maghfirat”. adalah menyelimuti seseorang agar selamat dari segala bencana. Arti kata “mighfar”. adalah ketopong atau helm. Istighfar dengan demikian berarti agar bencana yang ditakuti atau dosa yang diperkirakan, akan ditutupi dan dicegah sebelum mewujud. Dalam keadaan ini kata itu ditujukan untuk memberikan ketenteraman hati kepada Nabi Suci s.a.w. agar beliau tidak perlu berduka atas kelangsungan agama Islam karena Allah s.w.t. tidak akan membiarkannya hancur serta akan selalu kembali dengan rahmat-Nya dan akan menahan segala kerugian yang ditimbulkan oleh adanya kelemahan manusia. (Noorul Qur’an, no. 1, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 9, hal. 333-356, London, 1984).* * *Sudah menjadi bukti yang nyata akan kebenaran Kenabian dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. dan kesahihan dari Kitab Suci Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Nabi Suci s.a.w. diutus ketika dunia ini sedang sangat membutuhkan seorang Pembaharu Akbar dan bahwa beliau tidak wafat dan tidak juga terbunuh sampai telah selesai menegakkan kebenaran di bumi. Ketika beliau muncul sebagai seorang Nabi, beliau langsung menunjukkan kalau memang wujudnya amat diharap¬kan oleh dunia dan beliau langsung menegur umat manusia yang telah tenggelam dalam paganisme, kefasikan dan perbuatan dosa. Dalam Kitab Suci Al-Qur’an banyak ditemui peringatan demikian seperti:“Maha beberkat Dia yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hamba-Nya supaya ia menjadi pemberi peringatan bagi sekalian alam”. (S.25 Al-Furqan:2)yang merupakan peringatan bagi umat manusia yang telah rusak aqidahnya dan telah melenceng jauh cara hidupnya. Ayat ini menjadi bukti dari pernyataan Al-Qur’an bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. muncul ketika seluruh dunia dan semua umat manusia telah rusak akhlaknya, dimana mereka yang semula melawan akhirnya menerima pernyataan beliau, tidak dengan berdiam diri tetapi dengan pengakuan melalui baiat. Dari sini jelas kalau Nabi Suci s.a.w. datang ketika saatnya memang sudah harus muncul seorang Nabi yang sempurna dan benar.Kalau kita lalu mentelaah kapan saatnya beliau dipanggil pulang, Al-Qur’an secara eksplisit menjelaskan bahwa kepulangan beliau adalah setelah selesai menuntaskan tugasnya. Beliau dipanggil pulang oleh Allah s.w.t. setelah turunnya ayat yang menyatakan bahwa aqidah pendidikan bagi umat Islam telah sempurna dan semua wahyu yang berkaitan dengan itu telah diturunkan. Tidak hanya itu, juga dinyatakan bahwa pertolongan Allah s.w.t. sudah digenapkan dan beribu manusia telah menganut Islam. Juga diwahyukan bahwa hati mereka telah dipenuhi dengan keimanan dan ketakwaan sehingga mereka menjauhi kedurhakaan dan dosa. Akhlak mereka telah mengalami perubahan luar biasa yang mempengaruhi perilaku dan jiwa mereka. Kemudian dikemukakan dalam surah An-Nashr bahwa tujuan dari Kenabian beliau telah terpenuhi dan Islam telah mencapai kemenangan di hati manusia. Hadzrat Rasulullah s.a.w. menyatakan bahwa surah ini mengindikasikan kewafatan beliau. Beliau kemudian melaksanakan ibadah Haji dan menyebut¬nya sebagai Haji Wada (perpisahan) dimana beliau menyampaikan khutbah panjang dari punggung seekor unta. Beliau meminta kesaksian mereka yang hadir bahwa beliau telah menyampaikan keseluruhan firman Tuhan yang ditugaskan kepada beliau untuk disampaikan kepada mereka. Setiap dari mereka yang hadir menyatakan dengan suara lantang bahwa benar beliau telah menyampaikan kepada mereka. Hadzrat Rasulullah s.a.w. kemudian menunjuk ke langit dan mengatakan: “Engkau menjadi saksi, ya Allah.”. Beliau kemudian mengingatkan mereka secara panjang lebar karena beliau tidak akan ada lagi bersama mereka pada tahun yang akan datang. Beliau kemudian kembali ke kota Medinah dan wafat pada tahun berikutnya. Turunkanlah berkat dan salam Engkau, ya Allah, atas diri beliau. Semua indikasi ini ada dikemukakan dalam Al-Qur’an dan dibenarkan oleh sejarah agama Islam.Adakah dari antara penganut agama Kristen, Yahudi atau Arya yang bisa menunjukkan bukti-bukti bahwa Pembaharu mereka masing-masing memang datang pada saat dibutuhkan, dan pulang kembali ke Tuhan-nya setelah tugas mereka selesai, disamping para lawannya mau mengakui kekeliruan cara hidup serta ketidak-salehan mereka? Aku merasa yakin sekali bahwa tidak ada satu pun umat lain dari luar agama Islam yang akan mampu memberikan bukti demikian. Yang diketahui pasti, Nabi Musa a.s. diutus untuk kehancuran Firaun dan menyelamat¬kan umat beliau dari penindasan serta membimbing mereka ke arah yang benar. Adalah benar bahwa beliau memang berhasil menyelamatkan umatnya dari penindasan Firaun namun tidak mampu menyelamatkan mereka dari godaan Syaitan, dan beliau juga tidak berhasil membawa mereka ke tanah yang dijanjikan. Keturunan Bani Israil ternyata tidak bisa memurnikan batin mereka di tangan beliau dan mereka berulangkali melakukan kedurhakaan sampai kemudian Nabi Musa a.s. wafat ketika mereka masih dalam keadaan demikian. Sepanjang menyangkut pengikut Nabi Isa a.s. cukuplah Kitab Injil menjadi saksi atas kondisi mereka, tidak perlu lagi penjelasan tambahan. Bukanlah suatu hal yang tertutup adanya kenyataan bahwa betapa sedikitnya umat Yahudi yang menerima Nabi Isa a.s. padahal beliau sengaja diutus kepada mereka. Jika harkat Kenabian Nabi Isa dinilai dari tolok ukur jumlah pengikut maka Kenabian beliau tidak akan memenuhi syarat. (Noorul Qur’an, no. 1, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 9, hal. 358-369, London, 1984).* * *Hadzrat Rasulullah s.a.w. dibangkitkan ketika seluruh dunia sedang tenggelam dalam paganisme, kedurhakaan dan penyembahan makhluk, dimana semua orang telah meninggalkan aqidah yang murni dan melupakan jalan yang lurus. Penyembahan berhala berkembang luas di tanah Arab, adapun bangsa Parsi menyembah api, sedangkan di India disamping penyembahan berhala ditambah lagi dengan penyembahan berbagai macam makhluk lainnya. Banyak sudah buku ditulis mengenai hal ini dimana berpuluh-puluh manusia yang telah dipertuhan sebagai bagian dari penyembahan Avatar16.Berdasarkan pendapat dari Pendeta Mr. Bourt17 dan beberapa penulis Inggris lainnya, tidak ada agama yang demikian rancunya sebagaimana agama Kristen dimana agama ini sudah jatuh kredibilitasnya akibat penyelewengan dan aqidah salah para ulama atau pendetanya. Dalam aqidah Kristen tidak hanya satu atau dua orang saja yang dipertuhan tetapi juga beberapa benda lainnya.Kedatangan Nabi Suci s.a.w. pada saat kegelapan demikian dimana situasi menuntut munculnya seorang Pembaharu agung guna memberikan petunjuk Ilahi yang akan mencerahkan dunia dengan Ketauhidan Ilahi serta menghapus paganisme dan penyembahan makhluk yang merupakan induk dari segala kemudharatan, merupakan bukti yang jelas bahwa beliau adalah Rasul Allah yang benar dan jauh mengungguli Rasul-rasul lainnya. Kebenaran beliau ditegaskan oleh kenyataan bahwa dalam zaman jahiliah demikian, norma hukum alam dan kebiasaan Allah s.w.t. mengharuskan adanya seorang Pembimbing yang sempurna.Sudah menjadi norma abadi dari Tuhan semesta alam bahwa ketika penderitaan dunia telah mencapai puncaknya, rahmat Ilahi akan turun untuk menanggulanginya. Ketika bumi dilanda kekeringan berkepanjangan yang mengancam kelanjutan kehidupan manusia, maka Allah yang Maha Pengasih akan menurunkan hujan.Saat beratus dan beribu-ribu manusia telah mati karena suatu wabah, maka akan turun pertolongan berupa udara atau iklim yang kemudian dibersihkan oleh unsur-unsur alam atau ditemukannya suatu jenis pengobatan baru. Ketika suatu bangsa terperangkap dalam penindasan tirani, akan muncul seorang penguasa yang adil dan pengasih. Begitu pula saat manusia melupakan jalan Allah dan meninggalkan Ketauhidan dan penyembahan Wujud-Nya, maka Allah yang Maha Luhur akan mengaruniakan wawasan sempurna kepada salah seorang hamba-Nya dimana setelah memberkati yang bersangkutan dengan firman-Nya, lalu mengutusnya untuk membimbing manusia agar ia memperbaiki kebusukan yang telah merasuk. Sang Maha Pengasih yang memelihara serta mendukung eksistensi dunia ini tidak akan menahan atau membatalkan sifat Rahmat-Nya.Setiap sifat-sifat Wujud-Nya akan memanifestasikan dirinya pada saatnya yang tepat. Logika sehat telah membuktikan bahwa untuk mengatasi setiap bentuk bencana maka sifat Allah s.w.t. yang relevan akan mewujud pada saat itu. Sejarah telah membuktikan dan juga dibenarkan oleh para penentang serta dipertegas oleh Al-Qur’an bahwa pada saat diutusnya Hadzrat Rasulullah s.a.w. memang benar bencana telah mencapai puncaknya karena manusia di seluruh dunia telah meninggalkan jalan Ketauhidan dan ketulusan. Adapun mengenai ibadah kepada Tuhan, semua orang mengakui bahwa hanya Hadzrat Rasulullah s.a.w. saja yang telah memperbaiki kerusakan akhlak dan menyelamatkan dunia dari kegelapan paganisme dan penyembahan makhluk, lalu menegakkan Ketauhidan Ilahi sehingga tidak bisa diragukan lagi bahwa beliau itu seorang Pembimbing yang benar dari Allah yang Maha Kuasa. Argumentasi ini dikemukakan Al-Qur’an dalam ayat:“Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengirimkan rasul-rasul kepada semua umat yang sebelum engkau tetapi syaitan menampakkan perbuatan mereka indah bagi mereka. Maka ia menjadi pemimpin bagi mereka pada hari itu dan bagi merekalah azab yang pedih. Dan Kami tidak menurunkan kepada engkau kitab ini kecuali supaya engkau dapat menjelaskan kepada mereka mengenai apa yang mereka telah menimbulkan perselisihan-perselisihan dan supaya menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Allah telah menurunkan air dari langit, lalu Dia menghidupkan dengan itu bumi setelah matinya. Sesungguhnya dalam yang demikian itu ada tanda bagi kaum yang mau mendengarkan kebenaran”. (S.16 An-Nahl:64-66).Kami ingin mengingatkan kembali bahwa tiga unsur yang telah kami kemukakan yang menghasilkan kesimpulan bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah seorang Pembimbing yang benar, ada dikemukakan secara indah dalam ayat di atas. Pertama adalah tentang kalbu manusia yang telah menyimpang dan terperangkap dalam kekeliruan selama berabad-abad, ditamsilkan sebagai tanah yang kering dan mati sedangkan firman Tuhan ditamsilkan sebagai hujan yang turun dari langit, karena memang merupakan kaidah abadi bahwa rahmat Ilahi akan selalu menyelamatkan umat manusia dari kehancuran. Kaidah ini tidak terbatas kepada air hujan phisik saja tetapi juga hujan ruhani yang akan turun pada masa kesulitan yaitu ketika kefasikan telah merata. Dalam keadaan demikian rahmat Tuhan pasti akan berfungsi untuk mengatasi bencana yang mempengaruhi kalbu manusia. Ayat ini lalu menunjuk kepada unsur kedua yaitu bahwa seluruh dunia telah rusak sebelum kedatangan Nabi Suci s.a.w. Unsur ketiga merujuk kepada kenyataan bahwa mereka yang mati ruhaninya telah dihidupkan kembali oleh firman Tuhan.Kesimpulan yang bisa ditarik dari sini ialah bahwa semua itu merupakan tanda kebenaran Kitab Suci Al-Qur’an dimana para pencari kebenaran digiring untuk menyimpulkan bahwa Kitab Suci Al-Qur’an memang benar dari Allah s.w.t. Karena argumentasi ini juga menegakkan kebenaran dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. maka disimpulkan juga bahwa beliau itu memang kenyataannya mengungguli semua Nabi-nabi lainnya karena Nabi Suci s.a.w. harus menangani seluruh dunia dimana tugas yang beliau emban sebenarnya setimpal dengan karya dari seribu atau dua ribu Nabi-nabi lainnya. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 112-116, London, 1984).* * *Zaman pada saat kedatangan Hadzrat Rasulullah s.a.w. memang membutuhkan seorang Pembaharu Samawi yang akbar yang membawa petunjuk Ilahi dimana ajaran yang beliau bawa nyatanya adalah hal yang benar dan amat dibutuhkan serta mencakup segala hal yang diperlukan manusia. Ajaran beliau demikian efektif sehingga berhasil menarik ratusan ribu hati manusia kepada kebenaran dan menanamkan dalam pikiran mereka bahwa tidak ada yang patut disembah selain Allah s.w.t.لااله الله محمد رسو ل اللهBeliau telah menyempurnakan tujuan paripurna dari Kenabian yaitu beliau telah mengajarkan prinsip-prinsip keselamatan ruhani sedemikian sempurna sehingga tidak ada ajaran Nabi-nabi lain yang bisa menimbalinya. Semua kenyataan tersebut mendorong orang untuk yakin bersaksi bahwa sesungguhnya Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah seorang pembimbing yang benar dari Allah s.w.t.Tidak ada keselamatan bagi seseorang yang karena kefanatikan dan kedegilannya lalu menyangkal semua tanda-tanda kebenaran dan ketakwaan yang mewujud begitu sempurna dalam diri Hadzrat Rasulullah s.a.w. yang tidak akan ditemui pada Nabi-nabi lainnya. Orang-orang seperti itu bahkan akan menyangkal keberadaan Tuhan, jika pun misalnya hanya untuk menyangkal kebenaran dan ketakwaan Hadzrat Rasulullah s.a.w. Biarlah mereka yang berani menyangkal, maju ke muka dan memperlihatkannya kepada kami.(Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 112-114, London, 1984).* * *Nabi kita Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah seorang Pembaharu akbar dalam penyampaian kebenaran dan telah mengembalikan kebenaran yang selama itu hilang kepada dunia. Tidak ada Nabi lain yang bisa menimpali keberhasilan beliau dalam mencerahkan dunia yang semula gelap gulita menjadi terang benderang akibat kehadiran beliau. Beliau tidak wafat sebelum bangsa kepada siapa beliau turun, telah menanggalkan jubah paganisme mereka dan mengenakan jubah Ketauhidan Ilahi. Tidak itu saja, nyatanya mereka telah berhasil mencapai tingkat keruhanian yang tinggi serta juga berlaku takwa dan saleh yang tidak ada padanannya di bagian lain dunia. Keberhasilan demikian belum pernah dicapai Nabi lainnya selain beliau. Adalah suatu kenyataan bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. dibangkitkan di masa saat dunia tenggelam dalam kegelapan yang membutuhkan seorang Pembaharu akbar. Beliau meninggalkan dunia ini di saat ketika ratusan ribu orang telah meninggalkan paganisme dan penyembahan berhala serta beralih kepada jalan yang lurus dan Ketauhidan Ilahi. Pembaharuan yang demikian sempurna itu adalah hasil karya beliau yang telah mengajar mereka yang tadinya berada di tingkatan hewaniah menjadi manusia seutuhnya. Dengan kata lain, beliau itu telah merubah binatang-binatang liar menjadi manusia untuk kemudian menjadi¬kan mereka sebagai manusia terdidik, lalu merubah mereka menjadi hamba-hamba Allah serta meniupkan keruhanian ke dalam diri mereka guna menciptakan hubungan antara mereka dengan Tuhan yang Maha Benar. Mereka ada yang dijagal di jalan Allah seperti domba dan diinjak-injak di bawah kaki seperti semut, namun tidak ada dari mereka yang menanggalkan keimanannya dan siap maju terus menghadapi aral rintangan.Tidak diragukan bahwa Nabi Suci s.a.w. adalah Adam yang kedua, bahkan Adam yang sesungguhnya di bidang penegakan keruhanian melalui mana nilai-nilai luhur manusia mencapai kesempurnaannya dimana semua kemampuan manusia diarahkan pada fungsi yang sepatutnya dan tidak ada fitrat manusia yang tersisa tidak terbina. Kenabian berakhir dengan beliau tidak saja karena beliau adalah Nabi terakhir dalam skala waktu, tetapi juga karena semua kesempurnaan Kenabian telah mencapai puncaknya pada wujud beliau. Mengingat beliau itu adalah manifestasi sempurna dari sifat-sifat Ilahi maka norma-norma beliau memiliki sifat keagungan dan keindahan. Karena itu beliau disebut sebagai Muhammad dan juga Ahmad, serta tidak ada kekikiran dalam Kenabian beliau karena merupakan kemaslahatan bagi seluruh dunia.(Khutbah Sialkot berjudul “Islam,”. Sialkot, Mufid Aam Press, 1904; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 20, hal. 206-207, London, 1984).di 18:26
Argumentasi pertama yang dikemukakan Al-Qur’an agar manusia mau menerimanya sebagai Kitab yang benar dan Rasul-Nya sebagai Rasul yang benar serta untuk membuktikan bahwa ia memang berasal dari Allah yang Maha Kuasa, ialah Kitab dan Rasul itu sepatutnya muncul pada saat dunia sedang dilanda kegelapan dimana manusia sudah menjadi penyembah berhala sebagai pengganti Ketauhidan Ilahi, mengikuti jalan kejahatan sebagai pengganti kesucian, tenggelam dalam keangkaraan dan meninggalkan keadilan, telah menjadi demikian bodoh sehingga karenanya amat membutuh¬kan seorang Pembaharu dalam diri seorang Rasul.
Kemudian Rasul tersebut akan meninggalkan dunia ini ketika ia telah menyelesaikan seluruh tugas pembaharuannya dengan cara yang indah dan terpelihara dari segala musuhnya ketika ia sedang melaksanakan tugasnya. Ia itu sewajarnya muncul sebagai seorang pelayan dan berangkat di bawah perintah majikannya. Singkat kata, sewajarnya ia akan muncul di saat ketika manusia membutuhkan seorang Pembaharu samawi dan membutuhkan bimbingan sebuah Kitab, untuk kemudian dipanggil pulang berdasarkan wahyu yang diturunkan setelah ia selesai menanam pohon pembaharuan yang tertanam teguh dan telah muncul revolusi akbar dalam keruhanian manusia.Kami dengan bangga hati menyatakan bahwa kecemerlangan yang menegakkan argumentasi ini yang mendukung kebenaran Al-Qur’an dan penghulu kita Nabi Suci s.a.w. nyatanya tidak ada terdapat pada Nabi-nabi lain atau pun Kitab-kitab lain. Pengakuan dari Nabi Suci s.a.w. adalah bahwa beliau diutus kepada seluruh umat manusia dan karena itu Al-Qur’an menyalahkan secara keseluruhan manusia yang terlibat dalam paganisme, kejahatan dan kefasikan sebagaimana ayat:“Kerusakan telah meluas di daratan dan di lautan disebabkan apa yang telah diusahakan oleh tangan manusia”. (S.30 Ar-Rum:42)untuk kemudian mengemukakan:“Maha beberkat Dia yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hamba-Nya supaya ia menjadi pemberi peringatan bagi sekalian alam”. (S.25 Al-Furqan:2).Dengan kata lain, ditugaskan kepada Nabi Suci s.a.w. untuk mengingatkan umat manusia bahwa karena kelakuan mereka serta aqidah yang salah, mereka itu dianggap sebagai sangat berdosa dalam pandangan Allah yang Maha Kuasa.Kata “Pemberi peringatan”. dalam ayat ini berkaitan dengan seluruh umat manusia dan jika dikatakan bahwa peringatan ini bagi para pendosa dan pelaku kejahatan, maka berarti Al-Qur’an menyatakan kalau seluruh dunia ini telah menjadi busuk dimana setiap orang telah meninggalkan jalan kebenaran dan amal saleh. Yang namanya peringatan dengan sendirinya hanya ditujukan kepada mereka yang fasik dan bukan kepada mereka yang berperilaku baik. Semuanya memahami bahwa yang diberi peringatan adalah mereka yang jahat dan tidak beriman, karena demikian itulah cara Allah s.w.t. mengutus Nabi untuk membawa kabar suka bagi umat yang saleh dan sebagai “Pemberi peringatan”. kepada mereka yang jahat. Jika dikatakan bahwa seorang Nabi ditugaskan sebagai “Pemberi peringatan”. bagi seluruh dunia maka patut disadari kalau berdasarkan wahyu yang diturunkan kepada Nabi tersebut bahwa seluruh dunia telah terlibat dalam tindakan yang menyimpang dari kebenaran. Pernyataan seperti ini tidak terdapat dalam Kitab Taurat berkenaan dengan Nabi Musa a.s. dan tidak juga dalam Kitab Injil berkenaan dengan Nabi Isa a.s. dan hanya bisa ditemukan di dalam Al-Qur’an saja.Ketika difirmankan:“Kamu dahulu telah berada di pinggir lubang api”. (S.3 Ali Imran:104),yang dimaksud adalah sebelum kedatangan Nabi Suci s.a.w. umat manusia telah berada di tubir neraka.Umat Yahudi dan Kristiani diingatkan bahwa mereka telah menyelewengkan Kitab-kitab Allah dan telah membawa manusia kepada segala rupa kejahatan dan perilaku salah. Adapun para penyembah berhala diingatkan bahwa mereka telah menjadi penyembah bebatuan, manusia, bintang-bintang serta unsur-unsur alam sehingga mereka melupakan sang Maha Pencipta yang Sejati. Begitu juga dengan mereka yang memakan harta anak yatim, membunuh anak-anak serta mencurangi serikat usahanya sendiri dan melakukan pelanggaran melampaui batas dalam segala hal. Difirmankan bahwa:“Ketahuilah bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya”. (S.57 Al-Hadid:18)mengandung arti bahwa seluruh dunia ini sudah mati dan sekarang akan dihidupkan kembali oleh Allah s.w.t.Singkat kata, Kitab Suci Al-Qur’an menyatakan bahwa seluruh dunia sudah berperilaku salah, manusia sudah menjadi penyembah berhala, umat Yahudi dan Kristiani menjadi akar dari segala keburukan dan berbagai macam dosa. Al-Qur’an memberikan gambaran kerusakan dunia yang padanannya tidak ada pada masa lain kecuali hanya pada masa Nabi Nuh a.s. Kami hanya mengutip beberapa ayat saja dan mengharapkan para pembaca sudi kiranya mempelajari sendiri Al-Qur’an secara tekun guna menemukan bagaimana Al-Qur’an ini telah menyatakan secara tegas bahwa seluruh dunia saat itu sudah dalam keadaan busuk dan mati serta manusia sudah berada di tubir neraka. Kitab ini mengingatkan Nabi Suci s.a.w. untuk memberi peringatan kepada seluruh dunia bahwa mereka itu berada dalam keadaan yang gawat.Telaah atas Kitab Suci Al-Qur’an mengungkapkan bahwa seluruh dunia sedang tenggelam dalam paganisme, kedurhakaan, segala bentuk dosa dan terbenam dalam sumur kejahatan. Memang benar bahwa Kitab Injil ada menyatakan kalau umat Yahudi telah menyimpang, tetapi tidak ada menyebut bahwa seluruh dunia sudah membusuk dan mati karena dipenuhi dengan paganisme dan perbuatan dosa. Nabi Isa a.s. pun tidak ada memberi¬kan pengakuan bahwa beliau adalah Rasul bagi seluruh dunia. Beliau hanya berbicara kepada umat Yahudi yang merupakan bangsa yang kecil jumlahnya dan tinggal di desa-desa dalam jarak pandang Nabi Isa a.s. Adapun Al-Qur’an mengemukakan mengenai kematian seluruh dunia dan menguraikan kondisi buruk dari semua bangsa. Umat Yahudi memang keturunan dari Nabi-nabi dan menyatakan beriman kepada Kitab Taurat tetapi perilaku mereka tidak sejalan dengan Kitab tersebut, bahkan ketika di masa Nabi Suci s.a.w. aqidah mereka pun sudah melenceng jauh. Ribuan manusia lalu menjadi atheis dan ribuan lagi yang menyangkal adanya wahyu, sedangkan segala macam perilaku dosa menjadi marak di muka bumi. Nabi Isa a.s. ada menyatakan perilaku jahat umat Yahudi yang merupakan bangsa yang jumlahnya kecil dengan tujuan memberitahukan bahwa umat Yahudi saat itu sedang membutuhkan seorang Pembaharu. Namun argumentasi yang kami ajukan berkaitan dengan Hadzrat Rasulullah s.a.w. ialah beliau itu datang di saat dunia dalam keadaan rusak dan dipanggil kembali setelah menegakkan pembaharuan secara sempurna. Kedua aspek ini dikemukakan secara jelas dalam Al-Qur’an guna menarik perhatian manusia mengenai hal tersebut, dan yang pasti hal seperti ini tidak ada ditemukan dalam Kitab Injil atau pun Kitab-kitab lainnya.Argumentasi tersebut dikemukakan sendiri oleh Al-Qur’an dan Kitab ini menyatakan bahwa kebenaran dirinya dikuatkan oleh kedua aspek tadi. Kitab ini muncul ketika perilaku manusia telah menyimpang dan aqidah-aqidah palsu telah merebak ke seluruh muka bumi sehingga dunia jadi melenceng jauh dari kebenaran dan realitas Ketauhidan Ilahi. Penegasan Al-Qur’an tentang hal ini diteguhkan oleh hasil studi komparative sejarah. Ada banyak bukti-bukti berupa pengakuan orang-orang yang menyatakan bahwa masa itu begitu penuh dengan kegelapan dimana setiap orang cenderung menyembah makhluk lainnya sehingga ketika Al-Qur’an menuduh mereka telah durhaka dan berdosa, tidak ada satu pun yang bisa membuktikan kebersihan dirinya. Perhatikanlah betapa tegasnya Allah yang Maha Perkasa berbicara tentang kejahatan para ahli Kitab serta tentang kematian seluruh dunia.Dinyatakan dalam ayat:“Bahwa mereka hendaknya tidak menjadi seperti orang-orang yang diberi Kitab sebelum mereka, melainkan karena masa penganugrahan karunia Allah kepada mereka diperpanjang bagi mereka, hati mereka menjadi keras dan kebanyakan mereka menjadi durhaka. Ketahuilah bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kepadamu supaya kamu dapat mengerti”. (S.57 Al-Hadid:17-18).Ayat ini mengandung arti bahwa para muminin diingatkan agar jangan berperilaku seperti para ahli Kitab yang telah memperoleh Kitab-kitab Ilahi sebelum mereka tetapi karena lamanya perjalanan waktu lalu hati mereka menjadi keras dan sebagian besar dari mereka lalu mendurhaka dan menjadi jahat. Mereka diingatkan bahwa dunia sudah mati dan sekarang akan dihidupkan kembali. Inilah tanda-tanda tentang perlunya Al-Qur’an serta kebenarannya agar kalian mau mengerti.Sekarang kalian tentunya menyadari bahwa kami tidak ada mengajukan argumentasi ini dari hasil pikiran kami sendiri, melainkan Al-Qur’an sendirilah yang mengemukakannya dimana setelah mengajukan kedua aspek dari argumentasi lalu menyatakan kalau semua itu merupakan tanda-tanda yang mendukung kebenaran Nabi Suci s.a.w. dan Kitab Al-Qur’an itu sendiri dengan tujuan agar kalian menyadari dan menemukan realitasnya.Bagian kedua dari argumentasi tadi bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. akan dipanggil pulang dari dunia kembali kepada Tuhan beliau pada saat beliau telah selesai melaksanakan tugas, juga dinyatakan secara tegas dalam Kitab Al-Qur’an pada ayat:“Hari ini telah Kusempurnakan agamamu bagi manfaatmu dan telah Kulengkapkan nikmat-Ku atasmu dan telah Kusukai bagimu Islam sebagai agama”. (S.5 Al-Maidah:4)yang mengandung arti bahwa dengan diwahyukannya Al-Qur’an dan telah direformasinya umat manusia maka keimananmu telah sempurna serta karunia Ilahi telah disempurnakan bagimu dan Tuhan telah memilih Islam sebagai agamamu. Ayat ini merupakan indikasi kalau pewahyuan Al-Qur’an sudah selesai dan Kitab ini telah membawa perubahan yang luar biasa dalam hati manusia dengan kesempurnaan petunjuk dan bahwa karunia Ilahi telah disempurnakan bagi umat Islam.Inilah kedua aspek yang menjadi tujuan dari diutusnya seorang Rasul. Ayat tersebut menegaskan bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. tidak akan meninggalkan hidup ini sampai Islam telah disempurnakan melalui diwahyukannya Al-Qur’an serta pemberian petunjuk yang patut bagi umat Islam. Semua itu merupakan tanda Ilahi yang tidak akan diberikan kepada seorang Nabi palsu. Sesungguh¬nya sebelum Nabi Suci s.a.w. tidak ada Nabi lain yang berhasil memper¬lihatkan bahwa Kitab yang dibawanya telah selesai dengan sempurna dan umatnya telah memperoleh petunjuk yang lengkap serta musuh-musuhnya telah dikalahkan sebagaimana Islam yang unggul di segala penjuru.Di tempat lain dinyatakan:“Apabila tiba pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat orang-orang masuk ke dalam agama Allah dengan berduyun-duyun, maka sanjunglah kesucian Tuhan engkau dengan puji-pujian-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya Dia berulang-ulang kembali dengan rahmat-Nya”. (S.110 An-Nashr:2-4).Berarti bahwa pertolongan dan kemenangan yang telah dijanjikan telah datang dan engkau telah melihat, wahai Rasul, bahwa manusia berduyun-duyun masuk ke dalam Islam, maka agungkan dan pujilah Tuhan karena sebenarnya apa yang telah terjadi itu bukanlah hasil kerjamu sendiri melainkan berkat rahmat dan karunia Allah s.w.t. Karena itu sembahlah Allah dan beristighfar karena Dia selalu kembali bersama rahmat-Nya. Jika para Nabi diperintahkan untuk beristighfar, tidaklah berarti bahwa mereka memohon pengampunan sebagaimana laiknya orang yang berdosa. Pada keadaan para Nabi tersebut, beristighfar merupakan pengakuan dari ketiadaan arti diri, kerendahan hati, kelemahan dan cara terhormat untuk memohon pertolongan. Sebagaimana ayat-ayat itu menegaskan bahwa tujuan dari kedatangan Hadzrat Rasulullah s.a.w. telah terpenuhi dimana beribu-ribu orang telah memeluk Islam, tetapi juga merupakan indikasi telah dekatnya waktu wafat beliau (beliau wafat dalam waktu satu tahun setelah diterimanya wahyu ini), maka wajar kalau wahyu ini telah memberikan kegembiraan kepada Nabi Suci s.a.w. tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana masa depan pengairan dari taman yang telah ditanaminya. Karena itu Allah yang Maha Agung untuk mencairkan kekhawatiran tersebut telah menyuruh Hadzrat Rasulullah s.a.w. agar beliau beristighfar. Pengertian dari “maghfirat”. adalah menyelimuti seseorang agar selamat dari segala bencana. Arti kata “mighfar”. adalah ketopong atau helm. Istighfar dengan demikian berarti agar bencana yang ditakuti atau dosa yang diperkirakan, akan ditutupi dan dicegah sebelum mewujud. Dalam keadaan ini kata itu ditujukan untuk memberikan ketenteraman hati kepada Nabi Suci s.a.w. agar beliau tidak perlu berduka atas kelangsungan agama Islam karena Allah s.w.t. tidak akan membiarkannya hancur serta akan selalu kembali dengan rahmat-Nya dan akan menahan segala kerugian yang ditimbulkan oleh adanya kelemahan manusia. (Noorul Qur’an, no. 1, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 9, hal. 333-356, London, 1984).* * *Sudah menjadi bukti yang nyata akan kebenaran Kenabian dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. dan kesahihan dari Kitab Suci Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Nabi Suci s.a.w. diutus ketika dunia ini sedang sangat membutuhkan seorang Pembaharu Akbar dan bahwa beliau tidak wafat dan tidak juga terbunuh sampai telah selesai menegakkan kebenaran di bumi. Ketika beliau muncul sebagai seorang Nabi, beliau langsung menunjukkan kalau memang wujudnya amat diharap¬kan oleh dunia dan beliau langsung menegur umat manusia yang telah tenggelam dalam paganisme, kefasikan dan perbuatan dosa. Dalam Kitab Suci Al-Qur’an banyak ditemui peringatan demikian seperti:“Maha beberkat Dia yang telah menurunkan Al-Furqan kepada hamba-Nya supaya ia menjadi pemberi peringatan bagi sekalian alam”. (S.25 Al-Furqan:2)yang merupakan peringatan bagi umat manusia yang telah rusak aqidahnya dan telah melenceng jauh cara hidupnya. Ayat ini menjadi bukti dari pernyataan Al-Qur’an bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. muncul ketika seluruh dunia dan semua umat manusia telah rusak akhlaknya, dimana mereka yang semula melawan akhirnya menerima pernyataan beliau, tidak dengan berdiam diri tetapi dengan pengakuan melalui baiat. Dari sini jelas kalau Nabi Suci s.a.w. datang ketika saatnya memang sudah harus muncul seorang Nabi yang sempurna dan benar.Kalau kita lalu mentelaah kapan saatnya beliau dipanggil pulang, Al-Qur’an secara eksplisit menjelaskan bahwa kepulangan beliau adalah setelah selesai menuntaskan tugasnya. Beliau dipanggil pulang oleh Allah s.w.t. setelah turunnya ayat yang menyatakan bahwa aqidah pendidikan bagi umat Islam telah sempurna dan semua wahyu yang berkaitan dengan itu telah diturunkan. Tidak hanya itu, juga dinyatakan bahwa pertolongan Allah s.w.t. sudah digenapkan dan beribu manusia telah menganut Islam. Juga diwahyukan bahwa hati mereka telah dipenuhi dengan keimanan dan ketakwaan sehingga mereka menjauhi kedurhakaan dan dosa. Akhlak mereka telah mengalami perubahan luar biasa yang mempengaruhi perilaku dan jiwa mereka. Kemudian dikemukakan dalam surah An-Nashr bahwa tujuan dari Kenabian beliau telah terpenuhi dan Islam telah mencapai kemenangan di hati manusia. Hadzrat Rasulullah s.a.w. menyatakan bahwa surah ini mengindikasikan kewafatan beliau. Beliau kemudian melaksanakan ibadah Haji dan menyebut¬nya sebagai Haji Wada (perpisahan) dimana beliau menyampaikan khutbah panjang dari punggung seekor unta. Beliau meminta kesaksian mereka yang hadir bahwa beliau telah menyampaikan keseluruhan firman Tuhan yang ditugaskan kepada beliau untuk disampaikan kepada mereka. Setiap dari mereka yang hadir menyatakan dengan suara lantang bahwa benar beliau telah menyampaikan kepada mereka. Hadzrat Rasulullah s.a.w. kemudian menunjuk ke langit dan mengatakan: “Engkau menjadi saksi, ya Allah.”. Beliau kemudian mengingatkan mereka secara panjang lebar karena beliau tidak akan ada lagi bersama mereka pada tahun yang akan datang. Beliau kemudian kembali ke kota Medinah dan wafat pada tahun berikutnya. Turunkanlah berkat dan salam Engkau, ya Allah, atas diri beliau. Semua indikasi ini ada dikemukakan dalam Al-Qur’an dan dibenarkan oleh sejarah agama Islam.Adakah dari antara penganut agama Kristen, Yahudi atau Arya yang bisa menunjukkan bukti-bukti bahwa Pembaharu mereka masing-masing memang datang pada saat dibutuhkan, dan pulang kembali ke Tuhan-nya setelah tugas mereka selesai, disamping para lawannya mau mengakui kekeliruan cara hidup serta ketidak-salehan mereka? Aku merasa yakin sekali bahwa tidak ada satu pun umat lain dari luar agama Islam yang akan mampu memberikan bukti demikian. Yang diketahui pasti, Nabi Musa a.s. diutus untuk kehancuran Firaun dan menyelamat¬kan umat beliau dari penindasan serta membimbing mereka ke arah yang benar. Adalah benar bahwa beliau memang berhasil menyelamatkan umatnya dari penindasan Firaun namun tidak mampu menyelamatkan mereka dari godaan Syaitan, dan beliau juga tidak berhasil membawa mereka ke tanah yang dijanjikan. Keturunan Bani Israil ternyata tidak bisa memurnikan batin mereka di tangan beliau dan mereka berulangkali melakukan kedurhakaan sampai kemudian Nabi Musa a.s. wafat ketika mereka masih dalam keadaan demikian. Sepanjang menyangkut pengikut Nabi Isa a.s. cukuplah Kitab Injil menjadi saksi atas kondisi mereka, tidak perlu lagi penjelasan tambahan. Bukanlah suatu hal yang tertutup adanya kenyataan bahwa betapa sedikitnya umat Yahudi yang menerima Nabi Isa a.s. padahal beliau sengaja diutus kepada mereka. Jika harkat Kenabian Nabi Isa dinilai dari tolok ukur jumlah pengikut maka Kenabian beliau tidak akan memenuhi syarat. (Noorul Qur’an, no. 1, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 9, hal. 358-369, London, 1984).* * *Hadzrat Rasulullah s.a.w. dibangkitkan ketika seluruh dunia sedang tenggelam dalam paganisme, kedurhakaan dan penyembahan makhluk, dimana semua orang telah meninggalkan aqidah yang murni dan melupakan jalan yang lurus. Penyembahan berhala berkembang luas di tanah Arab, adapun bangsa Parsi menyembah api, sedangkan di India disamping penyembahan berhala ditambah lagi dengan penyembahan berbagai macam makhluk lainnya. Banyak sudah buku ditulis mengenai hal ini dimana berpuluh-puluh manusia yang telah dipertuhan sebagai bagian dari penyembahan Avatar16.Berdasarkan pendapat dari Pendeta Mr. Bourt17 dan beberapa penulis Inggris lainnya, tidak ada agama yang demikian rancunya sebagaimana agama Kristen dimana agama ini sudah jatuh kredibilitasnya akibat penyelewengan dan aqidah salah para ulama atau pendetanya. Dalam aqidah Kristen tidak hanya satu atau dua orang saja yang dipertuhan tetapi juga beberapa benda lainnya.Kedatangan Nabi Suci s.a.w. pada saat kegelapan demikian dimana situasi menuntut munculnya seorang Pembaharu agung guna memberikan petunjuk Ilahi yang akan mencerahkan dunia dengan Ketauhidan Ilahi serta menghapus paganisme dan penyembahan makhluk yang merupakan induk dari segala kemudharatan, merupakan bukti yang jelas bahwa beliau adalah Rasul Allah yang benar dan jauh mengungguli Rasul-rasul lainnya. Kebenaran beliau ditegaskan oleh kenyataan bahwa dalam zaman jahiliah demikian, norma hukum alam dan kebiasaan Allah s.w.t. mengharuskan adanya seorang Pembimbing yang sempurna.Sudah menjadi norma abadi dari Tuhan semesta alam bahwa ketika penderitaan dunia telah mencapai puncaknya, rahmat Ilahi akan turun untuk menanggulanginya. Ketika bumi dilanda kekeringan berkepanjangan yang mengancam kelanjutan kehidupan manusia, maka Allah yang Maha Pengasih akan menurunkan hujan.Saat beratus dan beribu-ribu manusia telah mati karena suatu wabah, maka akan turun pertolongan berupa udara atau iklim yang kemudian dibersihkan oleh unsur-unsur alam atau ditemukannya suatu jenis pengobatan baru. Ketika suatu bangsa terperangkap dalam penindasan tirani, akan muncul seorang penguasa yang adil dan pengasih. Begitu pula saat manusia melupakan jalan Allah dan meninggalkan Ketauhidan dan penyembahan Wujud-Nya, maka Allah yang Maha Luhur akan mengaruniakan wawasan sempurna kepada salah seorang hamba-Nya dimana setelah memberkati yang bersangkutan dengan firman-Nya, lalu mengutusnya untuk membimbing manusia agar ia memperbaiki kebusukan yang telah merasuk. Sang Maha Pengasih yang memelihara serta mendukung eksistensi dunia ini tidak akan menahan atau membatalkan sifat Rahmat-Nya.Setiap sifat-sifat Wujud-Nya akan memanifestasikan dirinya pada saatnya yang tepat. Logika sehat telah membuktikan bahwa untuk mengatasi setiap bentuk bencana maka sifat Allah s.w.t. yang relevan akan mewujud pada saat itu. Sejarah telah membuktikan dan juga dibenarkan oleh para penentang serta dipertegas oleh Al-Qur’an bahwa pada saat diutusnya Hadzrat Rasulullah s.a.w. memang benar bencana telah mencapai puncaknya karena manusia di seluruh dunia telah meninggalkan jalan Ketauhidan dan ketulusan. Adapun mengenai ibadah kepada Tuhan, semua orang mengakui bahwa hanya Hadzrat Rasulullah s.a.w. saja yang telah memperbaiki kerusakan akhlak dan menyelamatkan dunia dari kegelapan paganisme dan penyembahan makhluk, lalu menegakkan Ketauhidan Ilahi sehingga tidak bisa diragukan lagi bahwa beliau itu seorang Pembimbing yang benar dari Allah yang Maha Kuasa. Argumentasi ini dikemukakan Al-Qur’an dalam ayat:“Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengirimkan rasul-rasul kepada semua umat yang sebelum engkau tetapi syaitan menampakkan perbuatan mereka indah bagi mereka. Maka ia menjadi pemimpin bagi mereka pada hari itu dan bagi merekalah azab yang pedih. Dan Kami tidak menurunkan kepada engkau kitab ini kecuali supaya engkau dapat menjelaskan kepada mereka mengenai apa yang mereka telah menimbulkan perselisihan-perselisihan dan supaya menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Allah telah menurunkan air dari langit, lalu Dia menghidupkan dengan itu bumi setelah matinya. Sesungguhnya dalam yang demikian itu ada tanda bagi kaum yang mau mendengarkan kebenaran”. (S.16 An-Nahl:64-66).Kami ingin mengingatkan kembali bahwa tiga unsur yang telah kami kemukakan yang menghasilkan kesimpulan bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah seorang Pembimbing yang benar, ada dikemukakan secara indah dalam ayat di atas. Pertama adalah tentang kalbu manusia yang telah menyimpang dan terperangkap dalam kekeliruan selama berabad-abad, ditamsilkan sebagai tanah yang kering dan mati sedangkan firman Tuhan ditamsilkan sebagai hujan yang turun dari langit, karena memang merupakan kaidah abadi bahwa rahmat Ilahi akan selalu menyelamatkan umat manusia dari kehancuran. Kaidah ini tidak terbatas kepada air hujan phisik saja tetapi juga hujan ruhani yang akan turun pada masa kesulitan yaitu ketika kefasikan telah merata. Dalam keadaan demikian rahmat Tuhan pasti akan berfungsi untuk mengatasi bencana yang mempengaruhi kalbu manusia. Ayat ini lalu menunjuk kepada unsur kedua yaitu bahwa seluruh dunia telah rusak sebelum kedatangan Nabi Suci s.a.w. Unsur ketiga merujuk kepada kenyataan bahwa mereka yang mati ruhaninya telah dihidupkan kembali oleh firman Tuhan.Kesimpulan yang bisa ditarik dari sini ialah bahwa semua itu merupakan tanda kebenaran Kitab Suci Al-Qur’an dimana para pencari kebenaran digiring untuk menyimpulkan bahwa Kitab Suci Al-Qur’an memang benar dari Allah s.w.t. Karena argumentasi ini juga menegakkan kebenaran dari Hadzrat Rasulullah s.a.w. maka disimpulkan juga bahwa beliau itu memang kenyataannya mengungguli semua Nabi-nabi lainnya karena Nabi Suci s.a.w. harus menangani seluruh dunia dimana tugas yang beliau emban sebenarnya setimpal dengan karya dari seribu atau dua ribu Nabi-nabi lainnya. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 112-116, London, 1984).* * *Zaman pada saat kedatangan Hadzrat Rasulullah s.a.w. memang membutuhkan seorang Pembaharu Samawi yang akbar yang membawa petunjuk Ilahi dimana ajaran yang beliau bawa nyatanya adalah hal yang benar dan amat dibutuhkan serta mencakup segala hal yang diperlukan manusia. Ajaran beliau demikian efektif sehingga berhasil menarik ratusan ribu hati manusia kepada kebenaran dan menanamkan dalam pikiran mereka bahwa tidak ada yang patut disembah selain Allah s.w.t.لااله الله محمد رسو ل اللهBeliau telah menyempurnakan tujuan paripurna dari Kenabian yaitu beliau telah mengajarkan prinsip-prinsip keselamatan ruhani sedemikian sempurna sehingga tidak ada ajaran Nabi-nabi lain yang bisa menimbalinya. Semua kenyataan tersebut mendorong orang untuk yakin bersaksi bahwa sesungguhnya Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah seorang pembimbing yang benar dari Allah s.w.t.Tidak ada keselamatan bagi seseorang yang karena kefanatikan dan kedegilannya lalu menyangkal semua tanda-tanda kebenaran dan ketakwaan yang mewujud begitu sempurna dalam diri Hadzrat Rasulullah s.a.w. yang tidak akan ditemui pada Nabi-nabi lainnya. Orang-orang seperti itu bahkan akan menyangkal keberadaan Tuhan, jika pun misalnya hanya untuk menyangkal kebenaran dan ketakwaan Hadzrat Rasulullah s.a.w. Biarlah mereka yang berani menyangkal, maju ke muka dan memperlihatkannya kepada kami.(Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 112-114, London, 1984).* * *Nabi kita Hadzrat Rasulullah s.a.w. adalah seorang Pembaharu akbar dalam penyampaian kebenaran dan telah mengembalikan kebenaran yang selama itu hilang kepada dunia. Tidak ada Nabi lain yang bisa menimpali keberhasilan beliau dalam mencerahkan dunia yang semula gelap gulita menjadi terang benderang akibat kehadiran beliau. Beliau tidak wafat sebelum bangsa kepada siapa beliau turun, telah menanggalkan jubah paganisme mereka dan mengenakan jubah Ketauhidan Ilahi. Tidak itu saja, nyatanya mereka telah berhasil mencapai tingkat keruhanian yang tinggi serta juga berlaku takwa dan saleh yang tidak ada padanannya di bagian lain dunia. Keberhasilan demikian belum pernah dicapai Nabi lainnya selain beliau. Adalah suatu kenyataan bahwa Hadzrat Rasulullah s.a.w. dibangkitkan di masa saat dunia tenggelam dalam kegelapan yang membutuhkan seorang Pembaharu akbar. Beliau meninggalkan dunia ini di saat ketika ratusan ribu orang telah meninggalkan paganisme dan penyembahan berhala serta beralih kepada jalan yang lurus dan Ketauhidan Ilahi. Pembaharuan yang demikian sempurna itu adalah hasil karya beliau yang telah mengajar mereka yang tadinya berada di tingkatan hewaniah menjadi manusia seutuhnya. Dengan kata lain, beliau itu telah merubah binatang-binatang liar menjadi manusia untuk kemudian menjadi¬kan mereka sebagai manusia terdidik, lalu merubah mereka menjadi hamba-hamba Allah serta meniupkan keruhanian ke dalam diri mereka guna menciptakan hubungan antara mereka dengan Tuhan yang Maha Benar. Mereka ada yang dijagal di jalan Allah seperti domba dan diinjak-injak di bawah kaki seperti semut, namun tidak ada dari mereka yang menanggalkan keimanannya dan siap maju terus menghadapi aral rintangan.Tidak diragukan bahwa Nabi Suci s.a.w. adalah Adam yang kedua, bahkan Adam yang sesungguhnya di bidang penegakan keruhanian melalui mana nilai-nilai luhur manusia mencapai kesempurnaannya dimana semua kemampuan manusia diarahkan pada fungsi yang sepatutnya dan tidak ada fitrat manusia yang tersisa tidak terbina. Kenabian berakhir dengan beliau tidak saja karena beliau adalah Nabi terakhir dalam skala waktu, tetapi juga karena semua kesempurnaan Kenabian telah mencapai puncaknya pada wujud beliau. Mengingat beliau itu adalah manifestasi sempurna dari sifat-sifat Ilahi maka norma-norma beliau memiliki sifat keagungan dan keindahan. Karena itu beliau disebut sebagai Muhammad dan juga Ahmad, serta tidak ada kekikiran dalam Kenabian beliau karena merupakan kemaslahatan bagi seluruh dunia.(Khutbah Sialkot berjudul “Islam,”. Sialkot, Mufid Aam Press, 1904; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 20, hal. 206-207, London, 1984).di 18:26

Read More......